REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Sebuah survei nasional Amerika Serikat (AS) belum lama ini mengungkapkan bahwa banyak orang tua kesulitan untuk mendeteksi gejala depresi pada remaja. Mereka kepayahan membedakan perubahan suasana hati yang lazim dan tanda-tanda depresi pada remaja.
Jajak Pendapat Nasional Rumah Sakit Anak CS Mott tentang kesehatan anak yang dilakukan oleh Universitas Michigan mensurvei 819 orang tua dengan setidaknya satu anak di sekolah menengah, sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas. Mereka juga ditanyai tentang kemampuan mengindentifikasi tanda-tanda depresi remaja.
Hasilnya mengungkapkan bahwa dua pertiga dari mereka yang disurvei, 30 persen orang tua melaporkan anak mereka pandai menyembunyikan perasaan mereka. Sebanyak 40 persen mengakui bahwa mereka berjuang untuk mengetahui perbedaan antara gejala depresi dan perasaan perubahan hati normal yang dialami selama masa remaja.
“Di banyak keluarga, tahun-tahun praremaja dan remaja membawa perubahan dramatis dalam perilaku remaja dan dalam dinamika antara orang tua dan anak-anak,” kata co-director survei, Sarah Clark seperti yang dilansir dari Malay Mail, Rabu (20/11).
“Transisi ini dapat membuat orang sangat tertantang untuk membaca keadaan emosi anak-anak dan apakah ada kemungkinan depresi,” ujarnya.
Namun, sepertiga dari orang tua yang disurvei yakin bahwa tantangan ini tidak akan mengganggu kemampuan mereka untuk mengenali tanda-tanda depresi pada anak mereka. Banyak orang tua juga percaya meskipun mereka dapat mengenali depresi pada usia remaja mereka, anak-anak tidak akan dapat menemukannya dalam diri mereka sendiri. Tetapi, Clark berpikir beberapa orang tua mungkin terlalu percaya diri.
“Beberapa orang tua munngkin melebih-lebihkan kemampuan mereka untuk mengenali depresi dalam suasana hati dan perilaku anak mereka sendiri. Orang yang terlalu percaya diri mungkin gagal menangkap sinyal halus bahwa ada sesuatu yang salah,”ujar Clark.
Temuan ini pun menunjukkan walaupun mungkin sulit bagi orang tua untuk mengidentifikasinya, depresi adalah masalah kesehatan yang umum di antara anak-anak sekolah menangah, baik sekolah menengah pertama, atau sekolah menengah atas. Satu dari empat orang tua menjawab anak mereka mengenal seorang teman atau teman kelas dengan depresi.
Satu dari 10 orang tua melaporkan anak mereka mengenal teman sebaya atau teman sekelas yang telah meninggal karena bunuh diri. Selain itu, para peneliti mencatat tingkat remaja terus meningkat di antara orang berusia 10 hingga 24 tahun.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), angka bunuh diri meningkat 56 persen di antara kelompok ini pada rentang waktu 2007 dan 2017.
“Laporan kami menegaskan depresi bukannya konsep abstrak untuk remaja dan pra remaja hari ini atau orang tua mereka,” kata Clark.
Tingkat keakraban dengan depresi dan bunuh diri ini konsisten dengan statistik terbaru yang menunjukkan peningkatan dramatis dalam kasus bunuh diri di kalangan remaja AS selama dekade terakhir. Meningkatnya tingkat bunuh diri menyoroti pentingnya mengenali depresi pada masa muda.