Sabtu 23 Nov 2019 01:30 WIB

Parents, Yuk, Ajarkan Anak Berani Ambil Risiko

Mengambil risiko dan berhasil dapat memotivasi anak mencari prestasi yang lebih besar

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Anak Bermain
Foto: pixabay
Ilustrasi Anak Bermain

REPUBLIKA.CO.ID, JAKATYA -- Banyak orang tua dan pendidik setuju, anak-anak perlu belajar mengambil risiko. Dalam satu penelitian di Amerika Serikat (AS), sebanyak 82 persen dari 1.400 orang tua setuju bahwa manfaat memanjat pohon lebih banyak manfaatnya dibandingkan risiko cederanya.

Manfaat yang bisa didapatkan anak, misalnya, ketekunan, berbagi, pemberdayaan, dan kesadaran diri. Salah satu orang tua merasa memanjat membuat anaknya mengetahui kemampuan-kemampuan tubuh mereka.

Baca Juga

Dilansir di Theconversation.com pada Jumat (22/11), mengambil risiko dan berhasil, dapat memotivasi anak-anak mencari prestasi yang lebih besar. Sementara kegagalan dapat menguji ide-ide baru, serta menemukan kemampuan dan batasan pribadi. Dengan cara itu, anak-anak dapat mengatasi ketakutan dan membangun keterampilan baru.

Orang tua dapat menggunakan beberapa pelajaran yang dipelajari para pendidik untuk membantu anak-anaknya berani mengambil lebih banyak risiko dan menantang dirinya.

Adamstown Community Early Learning and Preschool (NSW) melakukan penelitian seputar permainan yang berisiko. Permainan berisiko adalah istilah yang telah berevolusi dari tren untuk membuat lebih banyak anak keluar ke alam di lingkungan yang menantang.

Adamstown ingin mengetahui, apakah intervensi orang dewasa untuk mempromosikan pengambilan risiko yang aman, dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan kompetensi risiko anak-anak.

Pendidik melibatkan anak-anak dalam percakapan tentang risiko. Mereka mengajukan pertanyaan yang cepat dan membantu menilai konsekuensi potensial. Penelitian Adamstown mengidentifikasi enam kategori permainan berisiko.

Pertama, bermain di ketinggian, di mana anak-anak memanjat pohon atau struktur tinggi, seperti memanjat di taman bermain. Kedua, mengendarai sepeda atau skateboard dengan menuruni bukit curam atau berayun cepat. Ketiga, bermain dengan alat-alat berbahaya, seperti pisau atau alat-alat listrik di bawah pengawasan.

Keempat, bermain dengan elemen berbahaya, seperti api atau air. Kelima, bermain kasar dan jatuh, di mana anak-anak bergulat. Keenam, bermain dengan dampak, seperti membanting tubuh ke tikar besar.

Bermainlah di mana anak-anak dapat "menghilang" dan tidak merasa diawasi dengan melakukan hal-hal, seperti mengurung diri atau bersembunyi di semak-semak. Padahal, mereka sedang diawasi orang tua dan pendidik.

Para pendidik memeriksa praktik itu untuk melihat ihwal bagaimana dan apakah orang tua melibatkan anak-anak dalam permainan yang berisiko, dan bagaimana anak-anak meresponsnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement