REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Penelitian baru di Amerika Serikat menemukan interaksi yang menyenangkan antara bayi dan orang dewasa memicu jenis aktivitas otak yang serupa dan terukur pada setiap individu. Studi baru ini mengamati 18 anak usia sembilan bulan hingga 15 bulan dalam dua percobaan di Princeton Baby Lab.
Dalam percobaan pertama, seorang peneliti dewasa bermain dengan seorang anak selama lima menit. Yaitu bermain dengan mainan, menyanyikan lagu anak-anak atau membacakan buku “Goodnight Moon”, sementara anak itu duduk di pangkuan orang tua mereka.
Percobaan kedua, penelitian berpaling ke samping dan menceritakan sebuah kisah pada orang dewasa lain. Sementara anak itu bermain dengan orang tua mereka. Untuk merekam aktivitas otak selama kegiatan (dengan cara yang ramah anak) para peneliti mengembangkan topi yang dirancang untuk dipakai oleh orang dewasa dan bayi.
Topi ini menggabungkan sistem neuroimaging otak ganda yang baru dan aman, serta menggunakan spektroskopi inframerah fungsional (fNIRS). fNIRS mencatat oksigenasi dalam darah untuk menunjukkan aktivitas saraf.
Topi mengumpulkan data dari 57 saluran otak yang diketahui terlibat dalam prediksi, pemrosesan bahasa dan memahami perspektif orang lain. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science, menunjukkan selama percobaan pertama ketika bayi bermain dengan peneliti dewasa, otak bayi disinkronkan dengan otak orang dewasa dan aktivitas saraf kedua otak naik dan turun bersama.
Seperti yang dilansir dari Malay Mail, Ahad (12/1), terlebih lagi aktivitas otak terjadi di beberapa area otak yang terlibat pemahaman tingkat tinggi dunia. Para peneliti mengatakan ini mungkin bisa membantu bayi memahami makna keseluruhan dari sebuah cerita yang dibacakan pada mereka atau menganalisis motif orang dewasa yang sedang membaca.
Namun, ketika peneliti berpaling dari mereka, aktivitas otak bersama ini berhenti. Para peneliti juga mencatat mereka terkejut menemukan aktivitas saraf paling tidak sinkron di prefrontal cortex.
Prefrontal cortex adalah area otak yang terlibat dalam pembelajaran, perencanaan dan fungsi eksekutif dan yang sebelumnya dianggap cukup terbelakang saat masih bayi.
“Kami juga terkejut menemukan otak bayi sering ‘memimpin’ otak orang dewasa beberapa detik, (ini) menunjukkan bayi tidak hanya secara pasif menerima input, tetapi dapat membimbing orang dewasa ke arah hal berikutnya yang akan mereka fokuskan, (yakni) mainan untuk diambil, kata-kata yang mana yang harus diucapkan,” kata Lew-Williams, co-director Princeton Baby Lab.
“Penelitian sebelumnya telah menunjukkan otak orang dewasa bersinkronisasi ketika mereka menonton film dan mendengarkan cerita, tetapi sedikit yang diketahui tentang bagaimana ‘sinkronisasi saraf’ ini berkembang pada tahun-tahun pertama kehidupan,” ujar penulis pertama Elise Piazza.
Piazza menambahkan saat berkomunikasi, orang dewasa dan anak tampaknya membentuk lingkaran umpan balik. Yaitu otak orang dewasa tampaknya memprediksi kapan bayi akan tersenyum, otak bayi diantisipasi ketika orang dewasa akan menggunakan lebih banyak baby talk dan kedua otak melacak kontak mata bersama dan perhatian bersama pada mainan.
“Jadi ketika bayi dan orang dewasa bermain bersama, otak mereka saling mempengaruhi secara dinamis,” katanya.