Sabtu 01 Feb 2020 10:43 WIB

Jangan Luput Mengenali Gejala Depresi pada Anak dan Remaja

Kasus depresi anak dan remaja cenderung meningkat, jangan luput mengenali gejalanya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Remaja depresi. Kasus depresi anak dan remaja cenderung meningkat, jangan luput mengenali gejalanya.
Foto: Pixabay
Remaja depresi. Kasus depresi anak dan remaja cenderung meningkat, jangan luput mengenali gejalanya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan jiwa anak dan remaja sangat perlu mendapat perhatian serius dari orang tua. Psikiater Lahargo Kembaren mengatakan, belakangan terdapat peningkatan jumlah kasus depresi pada anak dan remaja di poliklinik jiwa.

Bahkan, depresi yang dirasa anak sudah mengarah pada ide untuk melakukan bunuh diri dengan perencanaan yang cukup matang. Karena itu, Lahargo meminta orang tua untuk tidak lengah dan tak menganggap enteng gejala depresi pada remaja.

Baca Juga

Kesehatan jiwa anak, menurut Lahargo, sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Orang tua tentu segera membawa anak ke dokter dan memberikan obat bila anak demam, batuk, muntah, dan lain-lain.

"Apakah kita pun sudah peduli dengan kesehatan jiwa anak?" ujar psikiater yang praktik di RS Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor itu.

Lahargo menjelaskan, gejala depresi pada anak dan remaja kerap tersembunyi. Sangat penting mengenali sejumlah gejala itu guna melakukan pencegahan serta penanganan.

Menurut Manual Statistik Diagnostik untuk Gangguan Mental (DSM 5), depresi pada anak memiliki beberapa gejala yang mengemuka, antara lain suasana hatinya memburuk, mudah tersinggung, penurunan minat, dan sulit menikmati aktivitas keseharian.

Remaja juga akan mengalami penurunan konsentrasi dan sulit membuat keputusan. Dia bisa saja mengalami insomnia (sulit tidur) atau hypersomnia (terlalu banyak tidur), juga perubahan nafsu makan dan perubahan berat badan yang drastis.

Kelelahan yang berlebihan, mudah capek, dan energi berkurang, bisa menjadi sejumlah tanda. Anak uang  depresi sering merasa tidak berharga atau merasa bersalah secara berlebihan. Agitasi psikomotor (gelisah) atau malas bergerak dapat terjadi hingga dua pekan berturut-turut.

Secara berulang-ulang, anak yang depresi akan terpikir tentang kematian atau terbersit keinginan untuk bunuh diri. Semua gejala tersebut menyebabkan gangguan fungsi dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, lingkungan sosial, dan keluarga.

"Ketika muncul gejala depresi pada anak, segeralah berkonsultasi dengan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, atau dokter umum terlatih untuk segera mendapatkan pertolongan," ungkap Lahargo.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement