REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Namun salah satu faktor yang mungkin kerap terabaikan adalah penggunaan ponsel. Anak belajar dan membentuk kebiasaannya dengan melihat orang lain, khususnya orang tua. Salah satu yang dilihat dan dipelajari dari orang tua adalah kebiasaan orang tua dalam menggunakan ponsel atau melihat layar.
"Jenis perangkat yang orang tua gunakan dan berapa lama waktu yang mereka habiskan merupakan prediktor terkuat untuk penggunaan layar dan screen time anak di kemudian hari," jelas senior research associate dari Loughborough University Natalie Pearson, seperti dilansir Independent.
Di samping itu, penggunaan ponsel yang berlebih juga dapat membuat orang tua terdistraksi dari anak. Studi mengungkapkan bahwa saat ini orang tua cenderung menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak dibandingkan zaman dulu. Akan tetapi, kualitas interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak tampak menurun.
Dalam studi tersebut, orang tua dari anak-anak berusia 5 hingga 18 tahun mengaku menghabiskan lebih banyak waktu dengan ponsel mereka dibandingkan menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak. "Tunggu sebentar" menjadi kata-kata umum yang didengar oleh anak ketika hendak berkomunikasi dengan orang tua yang sedang menggunakan ponsel.
"Banyak orang tua mengaku menghabiskan terlalu banyak waktu pada ponselnya ketika bersama anak-anak mereka," lanjut Pearson.
Frasa "tunggu sebentar" bisa memberikan efek technoference atau gangguan teknologi dalam hubungan sosial. Hubungan sosial yang bisa dipengaruhi oleh technoference ini sangat luas, termasuk hubungan yang paling penting di antara semua hubungan, yaitu hubungan antara orang tua dan anak.
Pearson mengatakan technoference dari orang tua bisa memiliki konsekuensi negatif pada anak, khususnya bayi dan anak kecil. Beberapa konsekuensi negatif yang mungkin terjadi adalah gangguan emosional, orang tua menjadi kurang perhatian serta kurangnya interaksi positif antara orang tua dan anak.
"Perilaku buruk anak, perkembangan bahasa anak yang terlambat dan meningkatnya cedera anak," terang Pearson.
Di sisi lain, studi yang melibatkan lebih dari 6 ribu anak berusia 8-13 tahun menemukan bahwa lebih dari sepertiga anak merasa tidak penting ketika orang tua mereka menggunakan ponsel saat mereka menghabiskan waktu bersama. Misalnya, seperti menggunakan ponsel saat makan malam bersama anak atau saat sedang terlibat percakapan bersama anak.
Anak dari orang tua yang terdisktraksi oleh ponsel saat menghabiskan waktu bersama akan merasa bahwa mereka sedang berkompetisi untuk mendapatkan perhatian. Kondisi ini kerap berujung pada anak yang bersikap rewel atau kurang baik.
"Karena mereka merasa sedih, marah dan kesepian," tutur Pearson.
Salah satu kunci parenting dan anak yang bahagia adalah dengan menjauhi atau mematikan ponsel ketika sedang menghabiskan waktu bersama anak. Cara ini juga dapat membantu orang tua untuk menciptakan hubungan yang positif dan kuat bersama anak.
"Teknologi yang bertujuan untuk menghubungkan kita, ironisnya, bisa merusak hubungan dengan orang-orang terpenting dalam hidup kita," papar Pearson.