REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Orang tua kerap dipusingkan ketika anak malas makan. Namun, menurut pakar, penyebabnya adalah ketidakpahaman orang tua itu sendiri soal fase makan dan cara memotivasi anak.
Kepala Divisi Perkembangan Anak di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen FEMA IPB, Dr Dwi Hastuti, mengatakan, terdapat empat faktor yang membuat anak malas makan. Keempatnya itu sangat ditentukan oleh pemahaman orang tua.
Pertama, memberi anak makanan yang tidak sesuai fasenya. Setidaknya terdapat tiga fase makan anak, mulai dari harus mendapatkan air susu ibu (hingga usia 6 bulan), lalu fase mendapatkan makanan pendamping (6-12 bulan), dan fase makan normal (di atas 12 bulan).
"Belum 6 bulan sudah dikasih pisang, teh manis ataupun makanan jadi. Itu sebenarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian gizi bagi anak," kata Dwi kepada wartawan di Bogor, Rabu (12/2).
Kedua, membiarkan anak mengonsumsi makanan cepat saji. Hal itu akan membuat si buah hati enggan makan lantaran sudah merasa kenyang.
"Sebelum makan dia sudah makan yang aneh-aneh. Seperti es krim, kembang gula, dan junk food. Yang mana tinggi gula dan tinggi lemak. Itu kenyangnya palsu," ujar Dwi.
Ketiga, memberikan makanan tidak sesuai porsinya. Menurut Dwi, anak seharusnya tidak diberikan jumlah nasi ataupun lauk terlalu banyak saat makan. Sebab, anak akan merasa kewalahan menghabiskannya dan cepat berpaling.
"Triknya kasih makan anak itu sedikit-sedikit. 'Ini bunda kasih 2 suap nasi, kalau habis baru bunda tambah, kalu habis boleh minta lagi'," tutur Dwi.
Keempat, orang tua tidak memberikan kesempatan anak memilih makanan. Biasanya, kata dia, hal ini terjadi lantaran orang tua memiliki keterbatasan ekonomi.
Makanan yang diberikan ke anak selalu sama setiap saat. Anak pun dikhawatirkan bosan dengan menu yang itu-itu saja.
Dwi memberikan sejumlah trik untuk mengatasi masalah anak malas makan. Salah satunya dengan mengajak anak makan bersama. "Ibu makan, bapak makan, anak makan, kakaknya juga makan. Jadi anak akan punya modeling soal makan," kata Dwi.
Ia pun menegaskan, mengajak anak makan dengan cara disuapi adalah sesuatu yang salah. Namun kerap dipraktikkan oleh orang tua di Indonesia.
"Banyak yang dengan cara digendong, disuapi, dan diajak keliling-keliling. Padahal agar anak banyak makan ya dengan makan bersama," ungkapnya.
Trik lainnya, lanjut Dwi, yakni mengajak anak ikut menyiapkan makanan. Anak bisa membantu pekerjaan-pekerjaan sederhana bersama ibu di dapur seperti membersihkan sayuran. Anak secara psikologis akan merasa ikut berperan dalam menyiapkan hidangan yang nantinya ia makan.
"Jadi anak itu harus berpartisipasi, bukan jadi objek. Sebenarnya proses makan adalah proses belajar. Belajar mencintai makanan dan bersyukur atas makanan yang sudah disiapkan ibunya," kata Dwi.