REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) makin ngebut di area 10 destinasi prioritas. Tidak terkecuali di Bangka Belitung. Salah satu dari 10 Bali Baru yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo itu akan menggelar Kegiatan Asistensi MICE (Meetings, Inventions, Conferences, dan Exhibitions) yang akan dilaksanakan di BW Suite Belitung Hotel pada 26 hingga 28 April 2019, mendatang.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Penguatan Jejaring Kemenpar Hidayat mengatakan, acara ini dilaksanakan bagian dari komitmen Kemenpar untuk terus mengembangkan 10 Bali Baru. Sepuluh Bali Baru tersebut adalah Danau Toba (Sumut), Bangka Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu, dan Kota Tua (DKI Jakarta). Lainnya adalah Candi Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger-Semeru (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
”Ini adalah bagian dari percepatan, untuk merealisasikan target Wisman dan Wisnus. Semua unsur penthahelix di Bangka Belitung kita kumpulkan di acara ini,” ujar Esthy dalam keterangannya, Kamis (26/4).
Wanita berhijab itu memaparkan, undangan yang akan hadir di acara tersebut adalah, Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung, Bappeda Kabupaten Belitung, Asososiasi Pariwisata, para pengelola objek wisata dan venue MICE di Bangka Belitung, akademisi yang terkait di bidang pariwisata khususnya MICE, Media, mahasiswa dan mahasiswi yang terkait dengan bidang studi pariwisata khususnya MICE, tokoh masyarakat dan Duta Wisata.
Menurut Esthy, sesuai acuan undang-undang, Industri MICE juga sebagai bagian dari Usaha Pariwisata. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan; Dimana pada pasal 14 (1) Usaha pariwisata meliputi, antara lain: (h) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran.
Esthy mengatakan, dalam penjelasan Pasal 14 ayat 1 Huruf (h) yang dimaksud dengan “Usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran,” adalah usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.
”Oleh karena itu kami akan berkonsentrasi menggarap destinasi MICE, terutama di 10 Bali Baru,” ujarnya. Hidayat menambahkan, MICE itu market-nya besar atau size-nya besar, spread atau spendingnya besar, dan sustainabilitasnya juga besar.
Kata Hidayat, sekarang adalah momentum sektor MICE untuk mengukir sejarah di pariwisata. Dan gambarannya sudah terlihat jelas sejak 2016. Hampir seluruh primadona devisa negara terjun bebas. Minyak dan gas bumi, batu bara, serta minyak kelapa sawit, sedang meredup. Sementara industri pariwisata nasional justru melompat tinggi dan membawa efek domino yang menggerakkan beragam bidang ekonomi.
”Banyak pihak mulai melirik destinasi MICE di Indonesia. Punya alam yang indah, dan paket yang menarik dengan kombinasi aktivitas MICE dan tourism,” ujar Hidayat.
Menteri Pariwisata Arief yahya mengatakan, MICE termasuk menggerakkan roda ekonomi. MICE jadi makin terlihat seksi lantaran jumlah pesertanya banyak, partisipannya adalah decision marker, length of stay-nya panjang, media coverage-nya luas dan spendingnya sangat tinggi.