MALAYSIA -- Stand Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tampil berbeda dengan bentuk Kapal Phinisi megah di ajang Malaysia International Dive Expo (MIDE) yang digelar pada tanggal 12 hingga 14 Mei 2017 di Dewan Tun Razak Hall 1, Putra World Trade Centre, Malaysia. Stand megah tersebut memantik komentar industri selam dan pemerintah Malaysia, yang memuji ini sebagai akselerasi sepat Kemenpar.
Melalui siaran persnya, Senin (15/5), Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Kemenpar memang sudah menetapkan standar paviliun pameran yang berskala besar. "Harus menggunakan desain Kapal Phinisi, karena itu menjadi identitas Indonesia yang sudah mendunia. Dan harus keren, jangan pernah tampil kalau hanya memalukan Indonesia," kata Arief.
Sebab menurut Arief pariwisata itu menjual citra dan kesan. Pameran bertujuan membuat kesan, sementara kehumasan memberikan janji produk kepada pelanggan. Ketika produk sudah sesuai dengan janji, maka akan menghasilkan reputasi yang baik.
"Nah, kalau sudah tampil di mancanegara, kita harus juara!" ujar Arief Yahya.
Wajar jika sepanjang 2016, Wonderful Indonesia juara 46 kali acara dari 22 negara. Sebuah reputasi yang konsisten terjaga dan tidak pernah henti. Kemenangan itu menurutnya direncanakan dan atraksi Indonesia itu secara alamiah sudah indah.
Salah satu Petinggi Industru Selam Indonesia Julio Cicero mengatakan percepatan yang dilakukan Kemenpar sangat dapat dirasakan. Menurutnya ia menyaksikan sendiri sebelumnya berada di luar industri dan kini sudah berada di dalam bisnis industri diving. "Semua action Kemenpar terasa dan penampilan khusus booth pameran Indonesia kini berwibawa," ujar Julio.
Wanita yang juga bermukim di Malaysia itu bangga sebagai orang Indonesia yang ada di Malaysia, karena booth Indonesia dengan ikon Kapal Phinisi-nya berada di depan persis di pintu masuk. Stand tersebut terpampang besar dan paling besar bahkan mengalahkan Philipina yang juga ikut tampil di MIDE.
"Adanya tim percepatan yang dibuat oleh pemerintah, membuat kami termotivasi, ini momentum kami untuk semakin semangat," ujar Julio yang mengaku mendapatkan delapan pax dan RM 8 Ribu di transaksi hari pertama MIDE 2017.
Kemenpar tampil dengan 20 industri di pameran ini. Bahkan ada 11 industri lainnya yang tampil di luar booth resmi Kemenpar. Paviliun Indonesia berada di Hall 1 Dewan Tun Razak, PWTC nomor booth 901-910 (90 sqm). Pameran yang diusung oleh Asdep Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kemenpar itu membawa industri-industri potensial yang sudah punya jam terbang di urusan alam bawah laut.
Pujian juga datang dari Deputi Minister of Ministry of Tourism and Culture Malaysia YB Datuk Mas Ermieyati Binti Samsudin. Ia menyampaikan apresiasinya untuk Indonesia. Kata dia, pameran terbesar di Malaysia itu kini booth-nya semakin penuh dan diisi oleh Indonesia.
"Terima kasih Indonesia, puluhan Industri dibawa pemerintah Indonesia ke acara kita ini, berikan tepuk tangan untuk Indonesia," ujar Ermieyati disambut tepuk tangan meriah dalam sambutan resminya.
Guna menjaga kualitas pameran, Kemenpar juga dikawal ketat oleh Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari (TPPWB) yang diwakiliki oleh Ketua Bidang III Wisata Bawah Air TPPWB Cipto Aji Gunawan dan Sekretaris TPPWB Ratna Suranti. Tidak jarang Cipto dan Ratna memberikan saran, kritik, masukan membangun, kepada industri dan semua elemen terkait Kemenpar selain juga berpromosi memberikan presentasi kepada para pengunjung yang datang ke acara tersebut.
Asdep Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kemenpar Rizki Handayani didampingi Kepala Bidang Pameran Dusep Mulya selalu menekankan kepada timnya agar merekap semua angka dan perkiraan pendapatan agar potensi wisatawan mancanegara terdata dan terhitung. Dalam pameran tersebut, imbuh Dusep, dari sisi finansial pun mendapatkan progress yang baik.
Transaksi di hari pertama pameran alam bawah laut terbesar di Malaysia itu yang potensial Rp 2.237.760.000 dan transaksi realnya adalah Rp 64.566.000. Dari transaksi yang potensial, ada 232 pax, sementara yang real ada 17 pax. Rata-rata yang real pengunjung memilih destinasi Aceh, Manado, dan Bali.
Cipto berharap kepada semua industri selam harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, menghormati aturan dan standar operasional untuk wisata alam bawah laut, serta tentunya menyambut wisatawan dengan profesional. Menurutnya itu semua dapat dilakukan sambil terus berharap dan mendorong agar banyak penerbangan yang terkoneksi ke destinasi-destinasi yang memiliki potensi alam bawah laut di Indonesia.
Cipto menambahkan, saat ini ada tiga hub bandara sebagai tempat transit ke tempat-tempat destinasi unggulan alam bawah laut, yakni Manado, Bali dan Makassar. Dari Bandara di Makassar bisa langsung ke Raja Ampat, Ambon dan Wakatobi, dari Bali bisa ke Labuan Bajo dan Alor dan sebagainya, dan dari Manado bisa ke Raja Ampat, Gorontalo dan Lembeh.
"Namun dari Malaysia belum ada penerbangan langsung ke Manado, jika ada penerbangan langsung ke Manado maka akan semakin mudah wisman (wisatawan mancanegara) ke seluruh destinasi unggulan alam bawah laut kita, ini terus dijajaki oleh kementerian dan semoga ada maskapai yang mau," ujar Cipto.
Pria asli Pekalongan itu juga berharap kepada pihak terkait harus ada tindakan tegas kepada pihak-pihak yang merusak terumbu karang. Menurutnya harus ada efek jera kepada nelayan yang mencari ikan dengan menggunakan bom ikan dan tentunya sadar lingkungan di setiap destinasi alam bawah laut.
"Sumber daya manusia di tempat destinasi juga harus terus ditingkatkan karena itu yang akan membuat wisatawan nyaman dan puas, setelah ada penerbangan langsung, terumbu karang dan pantai kita bersih, SDM kita siap, maka kita akan jadi raja alam bawah laut di belahan dunia manapun," katanya.