Ahad 02 Jul 2017 12:36 WIB

Kemenpar Dukung Lokakarya Pengembangan Pariwisata Biak

Biak
Biak

REPUBLIKA.CO.ID, BIAK -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus mendukung perkembangan Pariwisata di setiap daerah. Tidak terkecuali Kabupaten Biak, Papua. Buktinya, Kementerian di bawah komando Arief Yahya itu memberikan pembekalan dan paparan dalam acara Lokakarya Pengembangan Pariwisata dan Perikanan Berkelanjutan di Gedung Wanita Biak, Papua, 30 Juni kemarin.

 

Hadir sebagai pembicara utama adalah Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman dan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti. Selain kedua pembicara dari Kemenpar tersebut, hadir juga Kementrian Kelautan dan Perikanan (Ditjen PRL dan Direktur Investasi Ditjen PRL), Asdep Jasa Kemaritiman Menkomar, Akademisi dan Praktisi dari IPB, UNIPA, LMMA, Usaid dan Ausaid, Pelaku Usaha dari Kab Raja Ampat, Dinas Pariwisata Papua dan para industri serta pelaku usaha di Biak.

 

Bupati Biak Thomas Alfa Edison mengatakan, pihaknya sangat membutuhkan dukungan dan dorongan dari pusat terutama Kemenpar agar daerahnya bisa mengembangkan pariwisata dan menjadi sektor unggulan. ”Lokakarya ini memaparkan konsep, model dan praktek terbaik untuk meningkatkan pariwisata di Kabupaten Biak Numfor, maka dari itu kami usung acara ini dengan tema 'menjahit' sektor unggulan untuk masa depan, termasuk Pariwisata di Biak,” kata Bupati saat membuka acara tersebut.

 

Dalam paparannya di depan peserta Lokakarya, Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman mengatakan, Biak harus siap dengan semua faktor terutama akses, amenitas, dan atraksi. Menurutnya pariwisata itu harus dilakukan secara pararel, bersamaan, selain wisatawan, destinasi juga harus siap. Maka dari itu, di Biak harus semakin banyak pelaku pariwisata. Sebab destinasi itu akan hidup kalau pelaku pariwisata juga ada dan siap.

 

Dadang menambahkan, pengembangan destinasi pariwisata itu harus dilakukan secara sistematis yakni dengan analisis situasi, formulasi strategi dan implementasi. ” Seperti yang sering diutarakan bapak menteri, untuk Indonesia pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Kami juga yakin ini akan berkembang di Biak,” ujar pria asli Jawa Barat itu.

 

Dadang juga mengimbau, kepada masyarakat dan seluruh elemen terkait Pariwisata di Biak harus sadar wisata. Terutama kewajiban masyarakat dan para pelaku wisata di daerah untuk menjaga kenyaman para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara (wisman). Sebab menurutnya yang pertama dilihat adalah keamanan, baru wisatwan akan datang. Selain itu tentunya, juga harus menjaga berbagai fasilitas. Sebab menurutnya wisatawan itu 60 persen ke Indonesia karena ingin merasakan atmosfer budaya lokal. Sisanya, 35 persen faktor alam atau nature, dan lima persen tertarik dengan wisata buatan, seperti sport event, MICE, show music dan lainnya.

"Dan Biak sudah punya dan bisa terus digenjot, ayo, pariwisata itu bukan kerja sendirian, namun kerja untuk bersama. Jika kita kompak, semua target dan sasaran pasti terealisasi. Biak juga sudah harus bisa membuka dan mensasar target, karena target sangat penting untuk mengukur kesuksesan,” ujar Dadang.

Hal senada diungkapkan oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti. Dalam paparannya, Esthy menyampaikan arah dan kebijakan pemasaran pariwisata nusantara. Kata Esthy, Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yang pertama adalah pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar.

”Dan dampak pariwisata adalah devisa yang masuk langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” kata Esthy.

Selain itu, pariwisata juga terbaik di regional, country branding Wonderful Indonesia yang promosinya semakin mendunia, Indonesia Incoporated, Indonesia Sebagai Tourism Hub Country, alokasi Sumber Daya. ”Dan kita semua harus bersatu untuk target 20 juta wisman di tahun 2019, dan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) 275 juta,” kata Esthy.

Esthy membeberkan poin-poin penting seputar aktivitas marketing dan optimisme melalui serentetan program yang telah, sedang dan akan dilakukan selama 2017. Menurutnya untuk mencapai target, stategi pemasaran dan promosi pariwisata terus digencarkan. Untuk marketing strategy dapat menggunakan pendekatan DOT (Destination, Original, dan Time) , strategi promosi dengan BAS (Branding, Advertising, dan Selling), strategi media dengan pendekatan POSE terutama pada pasar utama.

Esthy menjelaskan, strategi pemasaran dengan pendekatan DOT itu akan difokuskan  pada 10 Bali Baru yang 3A-nya (Akses, Amenitas, Akses) sudah siap. Diantaranya Great Jakarta; Great Bali; Great Kepri; Joglosemar  (Yogyakarta, Solo, dan Semarang);  Bunaken– Wakatobi RajaAmpat, Medan, Lombok, Makassar, Bandung, dan Banyuwangi.

sumber : Kemenpar
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement