Senin 14 Aug 2017 11:24 WIB

Diliput Ribuan Fotografer, JFC 2017 Makin Mendunia

Peserta Jember Fashion Carnaval (JFC) mengecek dan mencoba kostum di Desa Tegalrejo, Mayang, Jember, Jawa Timur, Selasa (8/8).
Foto: antara/seno
Peserta Jember Fashion Carnaval (JFC) mengecek dan mencoba kostum di Desa Tegalrejo, Mayang, Jember, Jawa Timur, Selasa (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER - Gelaran Jember Fashion Carnaval 2017 (JFC 2017) yang dihelat 9-13 Agustus 2017 dipastikan ngehits hingga level dunia. Pemicunya, ribuan fotografer baik dari media lokal, nasional dan internasional serta komunitas fotografer yang tumplek blek di tribun media.  

Saking banyaknya fotografer yang hadir, panitia sampai harus membagi dua tribun media di sepanjang runway JFC 2017. Spot fotonya sangat strategis. Lokasinya diset memudahkan pengambilan gambar. Tujuannya apalagi kalau bukan berbagai juru foto tadi bisa mendapatkan angle terbaik dan menyebarkannya ke seluruh dunia. 
 
"Kami mencatat ada seribu fotografer yang mengajukan izin liputan. Itupun , masih banyak yang datang meliput tanpa mendaftar dan tetap kami izinkan. Mereka berasal dari media lokal Jawa Timur, nasional dan dari luar negeri. Ada beberapa komunitas fotografer juga yang jumlahnya mencapai ratusan," ungkap Presiden JFC Dynand Fariz, Sabtu (12/8).
 
Dynand Fariz mengatakan, beberapa fotografer asing dan kantor berita asing juga sudah mendaftar melalui daring (online). "Tahun ini para hobi fotografer harus membayar tiket untuk masuk memotret JFC. Mereka mendapatkan kaos, sedangkan untuk kawan-kawan media dan jurnalis tetap gratis," kata dia.
 
Sejumlah fotografer asing nampak terpesona dengan penampilan peserta Jember Fashion Carnaval (JFC) yang digelar di alun-alun Kabuaten Jember. Bahkan, ada yang sengaja datang untuk memproduksi film dokumenternya. 
 
"Kegiatan JFC sangat luar biasa, sehingga saya ingin membuat film dokumenter tentang karnaval yang sudah mendunia ini," kata salah seorang wartawan TV dari Inggris, Garry Talbot.
 
Dua wartawan TV dari Inggris tercatat sudah datang sejak pembukaan JFC International Event pada Kamis (9/8) dan mengambil gambar kegiatan pembukaan tersebut. Mereka terpesona dengan kreativitas anak-anak yang juga tampil memukau.
 
"Kami kagum dengan ide-idenya yang luar biasa dan busana yang digunakan peserta juga bagus. Saya sangat tertarik dengan tema defile-defile-nya," tutur pria yang mengaku sudah sering mengunjungi Bali ini.
 
Hal senada juga disampaikan wisatawan perempuan asal Swiss, Clo Meunier. Dia mengaku takjub dan terpesona dengan busana yang digunakan para peserta grand carnaval JFC. Tampilannya menurut dia tidak kalah menarik dengan karnaval di Rio de Janiero Brasil.
 
"Para peserta membuat kostum sangat luar biasa. Apalagi mereka membuat sendiri dan mereka juga bukan seorang desainer. Busana yang digunakan juga dikemas dalam balutan budaya Indonesia," kata dia.
 
Wisatawan yang pertama kali menonton JFC itu menilai ide kreativitas JFC sangat bagus dan kostum yang luar biasa dari warga Jember akan menjadi trend karnaval yang menghebohkan dunia.
 
"Mudah-mudahan tahun depan saya bisa datang ke Jember untuk menonton lagi wisata karnaval JFC yang sangat mempesona ini," katanya.
 
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut, karnaval ini sudah mengangkat kota Jember dan pantas menjadin Kota Karnaval Dunia dengan sederet prestasinya. Menariknya, penyelenggaraan tahun ini sekaligus akan menjadi momen ditetapkannya Jember sebagai Kota Karnaval setaraf dengan kota-kota karnaval internasional lainnya seperti Rio de Janeiro, Brasil.
 
Menpar Arief Yahya mengatakan, JFC sudah berkiprah selama 16 tahun dan menginspirasi banyak karnaval di Tanah Air serta memiliki sederet prestasi internasional sehingga sangat layak dipromosikan ke tingkat global. “Semua orang mengakui JFC berkelas dunia. Untuk mewujudkan itu, Kemenpar menetapkan Jember sebagai Kota Karnaval,” kata Arief Yahya.
 
Dari sisi cultural value, menurut Arief Yahya, kreativitas JFC sudah layak dijadikan magnet untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman). Namun, dari commercial value atau financial value masih belum terlalu menarik karena belum bisa dikapitalisasi dengan baik.
 
“Dengan menjadikan sebagai Kota Karnaval berkelas dunia, sisi commercial value atau financial value-nya dapat dinaikkan,” lugas Arief Yahya.
 
Dari sisi cultural value, kreativitas JFC sudah diakui dunia. Hal ini terbukti dengan diraihnya sederet penghargaan internasional berupa best national costume dengan inspirasi dari berbagai daerah di Tanah Air. 
 
Di antaranya Bali (Best National Costume Mister International 2010 di Indonesia), Toraja Karembau (Best National Costume Man Hunt International 2011 di Korea Selatan), Papua (Best National Costume Mister Universe Model di Republika Dominica), Borneo (Best National Costume Miss Supranational 2014 di Polandia).
 
Selain itu, Lampung (Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo, Jepang dan Best National Costume Miss Grand International 2016 di Las vegas, USA), Toraja Tongkonan (Best National Costume Miss Supranational 2015 di Polandia), Borobudur (Best National Costume Miss Universe 2015 di Florida,USA), Betawi (Best National Costume Miss Tourism International 2016 di Malaysia), dan Garuda (Top 5 National Costume Miss Universe 2016 di Filipina).
 
"Dari sisi media value, jelas JFC akan dilihat seluruh dunia dan akan membuat calon wisatawan makin penasaran kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia," kata Menpar Arief Yahya.

sumber : kemenpar
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement