REPUBLIKA.CO.ID, BUTON -- Puncak perhelatan Festival Budaya Tua Buton 2017 mencapai klimaks. Acara yang digelar di Buton, Sulawesi Tenggara, itu berhasil memukau banyak wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan Nusantara (wisnus) yang hadir pada festival yang dihelat sejak 19 hingga 25 Agustus 2017.
”Alhamdulillah, konsistennya acara ini membuat kami kedatangan investor asal Timur Tengah, kami menawarkan mereka tanah seluas 1.070 hektare di dekat pantai di Buton untuk dijadikan apa saja, menampung wisatawan, menambah atraksi, akses dan amenitas untuk menunjang pariwisata kami,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Buton, La Ode Zainudin Napa, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/8).
Rencananya, tanah seluas itu akan dijadikan pusat kegiatan menyelam, hotel, kafe, dan segala penunjang untuk wisman yang mencintai bahari. Lokasi Buton dekat dengan salah satu dari sepuluh destinasi prioritas yang ditetapkan Kemenpar yaitu Wakatobi. "Naik kapal menuju Wakatobi hanya butuh waktu 40 menit saja. Jadi kami bisa bekerja sama dengan semua elemen pariwisata Wakatobi termasuk membuat paket wisatanya, kini proses sedang kami tindak lanjuti terus,” ujar pria berambut putih itu.
Zainudin itu juga berterima kasih kepada Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, yang menyempatkan diri menghadiri acara puncak festival dan membantu promosi festival yang sudah digelar untuk kelima kalinya ini. Dalam acara tersebut, Esthy disambut sangat meriah dan juga disediakan baju adat Buton. ”Yang menggunakan baju adat itu adalah kelas darah biru dan petinggi di Buton,” kata Zainuddin.
Esthy juga disambut oleh Festival Pekande-Kandea yang merupakan tradisi menyambut para pejuang dari medan pertempuran. Dalam bahasa Buton, kegiatan itu sering juga disebut Bongkaana Tao. Ini semacam makan bersama. Tempat makannya unik bernama talang, yaitu nampan berkaki, sangat unik dan menarik bagi wisatawan.
Dalam sambutannya, dia berharap seluruh masyarakat dan pemangku kebijakan di Buton menjaga festival ini dan melaksanakannya dengan konsisten. Terutama, kata dia, dengan menambah nama acara dengan Festival Pesona Budaya Tua Buton 2017. Alhasil, pihaknya menjadi mudah mempromosikannya. Selain itu, kata dia, harus dijaga dengan konsisten penentuan tanggal pelaksanaan. "Misalnya saja, sejak sekarang tanggalnya sudah ditetapkan dan kami mudah mempromosikannya dengan baik. Tentunya dengan semangat agar budaya Buton yang menarik ini bisa didatangi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, karena sangat unik, seperti makan bersama ini, wisatawan pasti suka,” ujar Esthy.
Ada beberapa kegiatan unik dan menarik yang disajikan dalam festival ini. Ada Festival Dole Dole, yang merupakan tradisi tua berupa imunisasi alamiah masyarakat Buton yang diwariskan secara turun temurun. Esthy juga menyaksikan langsung prosesi tersebut. Prosesi ini dilaksanakan untuk anak yang berumur di bawah 5 tahun. Biasanya, dilengkapi pemberian nama bagi anak. Tahun ini, penyelenggaraan Festival Dole Dole menyentuh 200 anak balita.
Kegiatan lain yang sama-sama menarik adalah Festival Posuo (Pingitan). Festival yang satu ini merupakan tradisi pingitan bagi gadis remaja sebelum memasuki usia dewasa. Pada masa lampau, kegiatan pingitan dilaksanakan selama 40 hari, setelah itu menjadi tujuh hari, dan saat ini dapat dilaksanakan hanya empat hari lamanya. Festival Posuo diikuti 200 gadis remaja. Semua itu untuk melestarikan tradisi tua masyarakat Buton yang diwariskan turun temurun. Pada 2017 ini, Festival Posuo diikuti 200 gadis remaja. Mereka akan tampil menarik dan mengikuti upacara ritual secara seksama.
Selanjutnya ada pelaksanaan Ritual Tandaki, yang merupakan sunatan tradisi Buton. Ritual Tandaki diperuntukkan bagi anak laki-laki yang telah memasuki masa akil balig, yang melambangkan anak laki-laki tersebut berkewajiban untuk melaksanakan segala kebaikan dan menghindari yang terlarang. Sunatan ini sudah dilakukan ribuan tahun silam bahkan sebelum Islam masuk ke Buton.
Di zaman dulu pakai bambu, tetapi kini sudah memakai tenaga medis. Tahun ini ada 200 anak yang disunat. Selain atraksi budaya, Festival Buton juga menyuguhkan kuliner yang dijamin ketagihan, diantaranya Ikan Dole, ikan kecil-kecil yang ditumbuk dengan kelapa. Lalu ada Ayam Nasuwolio, bentuknya ayam goreng dengan kelapa. Belum lagi kue-kue tradisional dari bolu sampai baruasa.
Pada puncak festival, ada tarian kolosoal yang diperagakan 10 ribu orang. Lokasinya berada di panggung utama yang bisa disaksikan pengunjung dari ketinggian. Malam harinya, ada malam hiburan rakyat berupa lomba-lomba kesenian daerah dan penampilan artis Ibu Kota dan lokal.
Pulau Buton memiliki panorama alam yang indah dan mempesona. Baubau menjadi kota wisata karena ditempat ini banyak ditemui tempat wisata bahari, alam, peninggalan sejarah, dan wisata tradisi yang sangat menakjubkan. Kota Baubau banyak menawarkan banyak tempat wisata menarik. Ada 15 tempat wisata menarik di Baubau Buton. Dari total destinasi yang ada, memang wisata bahari yang paling banyak. Tercatat ada lima Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Pantai Kolagana, Pantai Sulaa, Pantai Kamali yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Memiliki pasir pantai berwarna putih bersih dan lembut, dengan air lautnya yang memiliki tiga kombinasi warna yakni putih, biru kehijauan, dan biru muda dengan ombaknya yang tenang tanpa karang sangat cocok buat yang ingin menikmati suasana pantai. Ada pula Benteng Keraton Buton, Masjid Kuba, Cagar Alam Wakonti, Pemandian Alam Bungi, Bukit Kalampa, Air Terjun Samparona, Air Terjun Lagawuna, Gua Lakasa, Gua Kaisabu, dan Batu Poaro.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, sepakat bahwa acara Festival Budaya Tua Buton 2017 memiliki arti penting dalam mewartakan potensi pariwisata Provinsi Buton pada masyarakat Indonesia dan dunia. Sebab sejauh ini, banyak potensi pariwisata yang belum digali dan diarahkan pada selera pasar.
Buton memiliki budaya yang sangat layak untuk dinikmati oleh wisatawan. ”Wisatawan yang datang ke Indonesia Indonesia itu 60 persen karena budaya, 32 persen karena alam, dan sisanya karena buatan manusia. Karena itu wisata Buton yang yang berbasis budaya dan alam sangat potensial," kata pria asli Banyuwangi tersebut. Buton, menurut dia, harus segera mentransformasikan diri menjadi provinsi yang berbasiskan pariwisata.