Jumat 27 Sep 2019 15:04 WIB

Galeries Lafayette Tawarkan Produk Batik Ramah Lingkungan

Produk batik yang terbuat dari limbah batik, hingga proses membatik ramah lingkungan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Galeries Lafayette Jakarta
Foto: Instagram @lafayettejkt
Galeries Lafayette Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring berjalannya waktu, batik menjadi salah satu jenis kain yang akrab dengan inovasi. Di tengah kesadaran masyarakat yang tinggi untuk mengurangi limbah fesyen, kain batik juga enggan tertinggal.

Berangkat dari latar belakang tersebut, lahirlah Sustainable Batik. Gerakan ini merupakan upaya dan inovasi dari para pengrajin batik, untuk melakukan proses membatik ramah lingkungan.

Baca Juga

Caranya, dengan mengurangi sampah organik dan non-organik, kemudian tidak membuang sisa-sisa hasil produksi. Namun, limbah tersebut diolah menjadi hal-hal lain seperti aksesoris, tas, tatakan gelas, dan lainnya.

Meski terbuat dari limbah, hasil produksinya tetap memiliki nilai jual tinggi. Hal ini pula yang membuat pusat perbelanjaan Galeries Lafayette memberikan pengalaman berbelanja dengan koleksi yang unik.

Galeries Lafayette menggandeng beberapa label batik ternama, salah satunya label NES yang mengkampanyekan limbah batik dengan membuat zero waste produk.

"Salah satunya, kami memanfaatkan sisa-sisa bahan menjahit batik, untuk dilapisi dalam pouch straw," ujar Pemilik label batik NES, Helen Dewi Kirana, dalam acara Sustainable Batik Day di Galeries Lafayette Pacific Place, Jakarta, belum lama ini.

Helen mengatakan, NES bekerja sama dengan salah satu inovator yang bisa memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai tinggi. Tak hanya dengan batik, NES juga mencoba mengolah limbah sampah lain hingga kini memiliki bank sampah sendiri.

Selain NES, Galeries Lafayette juga bekerja sama dengan beberapa merek lain, di antaranya Aruna, Galeri Batik Jawa, dan Jaga Wastra. Label ini turut meluncurkan koleksi ragam busana yang diproduksi secara sustainable.

Marketing Direktur PT Panen Lestari Internusa, Arnolda Ratnawati Sidarta mengatakan, pihaknya merasa banyak hal yang dapat dieksplor dari batik. Selain sebagai warisan budaya, batik juga berkembang menjadi suatu komoditas yang dicari dalam scene fashion modern.

“Untuk koleksi ini 100 persen karya pengrajin lokal, sehingga dengan berbelanja koleksi ini maka para pelanggan juga telah setia mendukung para pengrajin tersebut agar bisa tetap terus berkarya,” kata Arnolda.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement