REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--'Kenapa dada ibu kok besar, sedangkan dadaku kecil?' `Kenapa laki-laki kalau pipis berdiri sedangkan perempuan jongkok?' `Kenapa ibu bisa hamil?'
Pernahkah Anda mendapatkan pertanyaan seperti itu dari anak? Bagaimana Anda menjawabnya? Sebagian besar orang tua merasa kesulitan menjawab pertanyaan anak soal seks. Mereka akan berkelit atau bahkan mengalihkan topik pembicaraan.
Itulah mengapa pendidikan seks pada anak sejak dini itu penting. "Biasanya kalau orang tua tidak siap menjawab pertanyaan, pertanyaan anak akan disetop, dan kreativitas bertanya anak dihentikan," jelas Direktur Lembaga Konsultasi Psikologi Daya Insani, Sani B Hermawan.
Sebenarnya, menurut Sani, ada cara cerdas untuk menjawab pertanyaan anak soal seks. Pertama,
orang tua harus meluangkan waktu dengan anak untuk berdialog mengenai seks. "Jangan sampai anak mencari informasi dari luar," ujarnya.
Namun, di Indonesia masih ada hambatan untuk berdialog mengenai seks dengan anak. Seperti budaya timur yang cenderung tabu membicarakan soal seks, ketidaktahuan untuk memulai dialog, rasa malu dan canggung, belum memahami manfaat yang diperoleh, bingung pada media atau materi yang akan diinformasikan, serta rasa khawatir anak semakin tertarik pada masalah seksual.
"Itu terjadi karena orang tua salah konsep, seks diartikan hubungan seksual, padahal seks itu adalah jenis kelamin," katanya. Dialog seks atau pendidikan seks ini bisa dimulai ketika orang tua sudah bisa berdialog dua arah dengan anak atau ketika anak menginjak usia 2 atau 3 tahun hingga anak menikah. Pada saat anak berusia 2-3 tahun, ajarkan mereka nama-nama anggota tubuh termasuk alat kelamin mereka.
"Ajarkan mereka mengenai seks dengan bahasa yang ilmiah namun tidak terlalu vulgar sesuai dengan usia mereka," kata Sani. Memasuki usia prasekolah sampai lulus sekolah ajarkan anak mengenai fungsi alat kelamin mereka. Selain itu, ajarkan juga cara membersihkan alat kelamin mereka. "Ajarkan pula apa yang terjadi jika mereka tidak optimal dalam membersihkan alat kelamin mereka," jelasnya.
Sedangkan ketika memasuki usia remaja, ajarkan bagaimana mereka mengalami pubertas, seperti berubahnya bentuk tubuh dan organ-organ vital mereka, terjadinya menstruasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki.
Ketika anak sudah memasuki pra nikah, jelaskan bagaimana hubungan seks yang sehat. Pendidikan seks tak hanya berhenti di situ tapi juga setelah anak menikah. Orang tua harus ajarkan bagaimana hubungan seks setelah menikah tapi tetap berkualitas. "Orang tua harus lebih pintar dari anak, jangan sampai anak lebih pintar dari orang tua," tegasnya.
Selain berdialog seks dengan anak, orang tua juga harus menunjukkan sikap terbuka, informatif, dan yakin di depan anak. Sebelum berdialog dengan anak, orang tua hendaknya menyiapkan materi dan penyampaian yang sesuai, serta gunakan istilah ilmiah. Gunakan media atau alat bantu konkret.
"Bekali diri dengan wawasan yang cukup. Sehingga ketika anak bertanya orang tua mampu menjawabnya dengan benar dan secara ilmiah," tuturnya. Selain itu, yakinkan diri bahwa pendidikan seks itu penting dan bermanfaat. "Diskusikan kepada ahli jika bingung dan ragu soal pertanyaan anak tersebut," pungkasnya.