REPUBLIKA.CO.ID, ”Saya berada di sini bukan meminta uang Anda, saya di sini hanya mengetuk hati Anda semua. Sekalipun perekonomian merosot, Anda tetap punya satu yuan setiap bulannya,” kalimat itu terlontar dari bibir aktor laga sala Cina, Jet Li, di depan mantan Perdana Menteri Inggris Tonny Blair dan mantan Presiden AS Bill Clinton. Mereka berada dalam sebuah pertemuan para dermawan di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, awal Februari 2008. Jet Li memang sedang mengetuk para pemegang modal dan para dermawan tetap menyumbang untuk orang-orang miskin, meskipun saat sedang dibekap krisis keuangan global.
Dampak yang kita rasakan ketika krisis, adalah makanan sehari-hari bagi kelompok yang disebut Jet Li. Sejatinya, yang mereka alami jauh lebih parah. Dan gelombang krisis financial mungkin justru menjadi moment penyadaran yang pas, tentang arti penting berkurban. Dalam arti yang lebih luas dari itu, kita namakan saja Financial Sacrifice.
Berkurban perlu rencana
Seperti halnya menabung, berkurban juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang. Namun, kebutuhan yang akan dipenuhi dalam berkurban adalah kebutuhan spiritual. Berkurban juga butuh perencanaan agar hasil yang diperoleh optimal. Ada 3 hal penting dalam berkurban: well distribute, well allocate, well behave.
Well distribute
diperlukan agar kita ikhlas karena kurban ini untuk orang lain (kadang kita merasa diri kitalah yang dikurbankan). Agar dapat berkurban dengan ikhlas, ada 3 kategorisasi yang bisa kita lihat, yakni untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri (menabung, berkurban saat ini untuk masa depan); untuk memenuhi kebutuhan sosial/masyarakat (charity, kita sebagai makhluk sosial), dan untuk alasan-alasan spiritual (kurban, haji, ziarah). Ketiga kategori ini bisa dilihat secara bertahap.
Well allocated
Dana yang dipakai itu berasal dari penghasilan kita sendiri. Yang penting adalah ketiga kategori di atas terpenuhi. Anggaran yang disiapkan sekitar 10-30% dari penghasilan bulanan. Sisanya untuk keperluan kita sendiri. Jadi sebenarnya alokasi untuk diri sendiri itu cukup banyak.
Well behave
Menghadirkan prinsip, harta hanya alat untuk mencapai tujuan selanjutnya; dibutuhkan usaha untuk melepaskan obsesi terhadap harta. Ini penting karena manusia cenderung greedy. Karena itu, hal ini perlu ditanamkan sejak usia dini.
Financial sacrifice, sebenarnya bisa dimulai dari dari diri sendiri. “If you have the strength to dream, you also have the strength to make the dream come true.” Untuk setiap tujuan apapun itu harus diperjuangkan. Dan perjuangan Anda membutuhkan pengorbanan. Anda ingin menikmati hari tua, maka Anda harus berkurban mulai sekarang, menyisihkan uang yang mungkin biasanya anda gunakan untuk senang-senang. Itu bagian kecil saja. Tujuan akhir Financial sacrifice adalah kita merasa lebih baik setelah melakukan nya.
Salam,
Mike Rini, financial planner MREDU