REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Beberapa periode terakhir jumlah nasabah, frekuensi dan nilai transaksi electronic banking di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, kejahatan dalam transaksi e-banking juga semakin sering dilakukan para hacker melalui metode skimming maupun phising.
Skimming adalah aktivitas penggandaan informasi atau pencurian data nasabah dengan menggunakan alat perekam data. Biasanya kejahatan ini terjadi di mesin ATM atau mesin EDC. Sedangkan phising adalah upaya pencurian informasi nasabah berupa user id, kata sandi (password), atau kartu kredit.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menyatakan, agar terhindar dari skimming atau phising, nasabah harus berhati-hati dengan password. Kemudian, nasabah harus selalu mengaktifkan antivirus pada perangkat elektonik yang dipakai untuk transaksi. Selanjutnya, ciri-ciri terkena hack yakni jika nasabah akan bertransaksi dengan internet banking pakai token, lalu server meminta password lagi karena gagal. Nasabah diingatkan untuk berhati-hati jika mendapati ciri-ciri tersebut.
"Tapi kalau buat saya yang penting password dijaga sama antivirus mesti sering," ujarnya kepada wartawan seusai seminar dan peluncuran buku "Bijak Ber-eBanking" di Jakarta, Senin (14/9).
Berdasarkan data OJK, frekuensi penggunaan electronic banking meningkat tajam dari 2012 sampai 2014. Frekuensi e-banking pada 2012 tercatat 3,79 miliar, naik menjadi 4,73 miliar pada 2013, dan menjadi 5,69 miliar pada 2014. Sedangkan volume penggunaan electronic banking meningkat mulai dari Rp 4.441 triliun pada 2012, meningkat menjadi Rp 5.495 triliun pada 2013, dan menjadi Rp 6.447 pada 2014.