Sabtu 18 Jun 2016 08:23 WIB

Cara Identifikasi Kebohongan Tanpa Tes Poligraf

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andi Nur Aminah
Dilarang Berbohong (Ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Dilarang Berbohong (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah penelitian mengungkap bahwa sebagian besar orang berbohong antara 10 sampai 200 kali sehari. Meski sebagian besar adalah white lies alias kebohongan putih, jumlah tersebut tetap cukup meresahkan.

Menurut Noah Zandan, penulis TED-Ed lesson The Language Of Lying, banyak orang membuat 'cerita palsu' tentang topik pribadi. Kebohongan itu secara tidak sadar dilakukan untuk membuat gambaran yang lebih baik mengenai diri sendiri.

Misalnya, dengan mengutarakan keterangan berdasarkan pengalaman imajinatif yang secara kualitatif berbeda dengan kenyataan. Untuk mengetahui cara mendeteksi kebohongan tanpa tes poligraf, berikut empat ciri yang disebutkan Zandan.

Tidak menyebut diri sendiri

Saat seseorang berbohong, ia akan sesedikit mungkin menyebut dirinya sendiri. Misalnya, pembohong cenderung mengatakan 'mobil itu tidak dikendarai oleh siapa pun' daripada menyebut 'aku tidak mengendarai mobil itu'.

Menggunakan bahasa negatif

Pada tingkat bawah sadar, pembohong merasa bersalah telah berbohong sehingga menggunakan bahasa dalam bentuk yang lebih negatif. Misalnya, mereka mungkin mengatakan 'Saya tidak curang dalam tes itu', 'Lalu lintasnya mengerikan', atau 'Aku benci perjalanan ini'.

Menjelaskan peristiwa secara sederhana

Saat mereka-reka kebohongan, seseorang relatif menyederhanakan cerita. Waspadalah jika ada seseorang yang mengutarakan penjelasan yang disederhanakan.

Menggunakan kalimat-kalimat panjang

Meskipun pembohong menjaga kisah mereka sederhana, mereka juga dapat berlebihan. Misalnya menambah-nambahkan cerita dengan detail yang tidak perlu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement