REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi kebugaran yang pernah menjadi atlet binaraga Ade Rai mengajak masyarakat untuk mengendalikan pikiran demi menghindari stres.
"Pikiran itu seperti pisau. Manusia harus menajamkannya dan di sisi lain juga mesti menggunakannya untuk menyelamatkan, kebaikan," ujar Ade Rai, Senin (18/10).
Menurut pria bernama lengkap I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai ini, pikiran manusia itu layaknya monyet mabuk yang kena sengat kalajengking. Artinya, sering melompat-lompat ke arah depan atau belakang.
Pikiran yang melompat ke belakang akan membawa manusia ke rasa penyesalan dan rasa bersalah. Sementara yang melompat ke depan mengarahkan manusia ke rasa khawatir dan takut.
"Ada pepatah Tiongkok yang menyatakan pikiran adalah pembantu yang baik sekaligus majikan yang buruk. Pikiran seharusnya bekerja untuk kita, bukan sebaliknya," tutur pendiri lembaga pelatihan dan pendidikan kebugaran Rai Institute tersebut.
Ade Rai menambahkan, berdasarkan penelitian, terdapat sekitar 40 ribu sampai 60 ribu pikiran di dalam kepala manusia setiap harinya. Namun dari jumlah itu, 85 persennya adalah hal negatif dan 90 persen dari perkara negatif itu merupakan informasi yang sama sekali tidak bisa diandalkan.
"Intinya, stres sejatinya diciptakan oleh manusia itu sendiri yang tidak bisa mengendalikan pikirannya untuk membangun sesuatu yang baik. Jangan buat pikiran menjadi sesuatu yang melemahkan, tetapi sebaliknya harus menguatkan," ujar Ade Rai.
Pria berusia 46 tahun ini pun memberikan tips bagaimana cara mengendalikan pikiran yang berlompat-lompat itu. Usaha termudah yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan napas. Sebab, gerakan napas sejalan dengan pikiran. Contohnya, dalam keadaan panik, napas seseorang menjadi terburu-buru, cepat dan pendek-pendek. Sementara dalam keadaan tenang, napas cenderung panjang-panjang dan teratur.
"Jika merasa tidak bisa mengendalikan pikiran, tangani dengan pengaturan napas. Hirup dan keluarkan perlahan," katanya.