Selasa 14 Feb 2017 09:55 WIB

Investasi Apa Spekulasi?

Petugas Polda Metro Jaya memasang garis polisi saat penggeledahan rumah toko milik bos investasi tisu bodong di Jalan Boulevard Raya Blok WE2, no 2B, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (5/6). (Republika/Agung Supriyanto)
Petugas Polda Metro Jaya memasang garis polisi saat penggeledahan rumah toko milik bos investasi tisu bodong di Jalan Boulevard Raya Blok WE2, no 2B, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (5/6). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, If it is too good to be true, it's too good to be true.

Adalah sebuah pepatah yang sangat populer di Amerika paska terbongkarnya Skema Ponzi. Yang jika diterjemahkan secara bebas adalah, "apabila kita mendengar sebuah proposal/penawaran investasi yang kedengarannya tidak mungkin atau terlalu muluk, maka hasilnya atau kejadian sebenarnya memang tidak mungkin."

Berapa banyak dari kita sering mengkhayal akan nikmatnya sebuah 'Kemerdekaan Keuangan', tidak usah bekerja, tanpa harus ada keahlian khusus, setiap bulan dapat pemasukan pasti dan dalam waktu sangat cepat alias sangat singkat. Cukup setor modal, lalu tiap bulan uang masuk rekening, tanpa risiko.

Menariknya, mentalitas miskin ini dari zaman ke zaman selalu muncul, dan modus operandinya selalu sama. Yang terkuak dan berdampak luas adalah Skema Ponzi di Amerika yang akhirnya menjadi sebuah tren money game, bahkan pola utamanya tidak berubah, tetapi variasinya terus berkembang sesuai perkembangan zaman.

Di Indonesia sendiri dari arisan Danasonik tahun 80-an, Koperasi Pinrang 90-an, Perkebunan QSAR/Kurnia Alam Raya, Koperasi Langit Biru, dan terakhir tahun 2016 Koperasi Pandawa yang akhirnya memaksa Satgas Waspada Investasi OJK/Otoritas Jasa keuangan turun tangan.

Investasi Bodong

Investasi bodong, jika saya terjemahkan adalah investasi bodoh dan bohong. Tetapi uniknya, para pemainnya sadar betul dengan kebodohannya.

Bukan hanya rakyat biasa, bahkan sekelas pejabat pun terkena dampaknya, apakah karena memang 'bodoh' atau 'pura-pura' bodoh?

Model bisnis seperti ini, jika kita boleh sebut bisnis, karena ujungnya menghasilkan uang tunai, adalah bisnis drakula atau vampir. Fokusnya adalah menggigit dan menghisap darah. Lalu selanjutnya, baik yang menghisap atau terhisap darahnya, akan ketagihan.

Jadi antara pelaku dan korban saling ketergantungan, biasanya akan terus mencari korban baru, hingga ada 'pahlawan' pembawa serum obat yang menyadarkannya.

Tapi biasanya, walau sadar telah tertipu, jika digigit lagi akan kembali menjangkiti pelakunya. Tetapi di luar itu, ada juga oknum yang memang menanti suatu produk money game baru.

Mereka akan masuk pada level pertama atau dan menjadi leader di sistem tersebut, begitu sudah dapat banyak keuntungan, mereka tahu cara jalan keluarnya dan tidak peduli dengan korban-korban yang datang belakangan.

Jika didesak, kenapa mereka tidak menginformasikan 'bahaya' tersebut, mereka akan berkilah, mereka juga korban. Begitulah sistem itu berputar, dan yang paling telat atau kebagian pendaftaran terakhir, akan selalu menangis histeris, karena uangnya hilang menguap begitu saja.

Tipe Investasi

Jika bukan investasi bodong, lantas investasi seperti apa yang harus kita punyai?

Investasi adalah menyisihkan sebagian uang kita untuk masa depan dan bertumbuh. Namanya bertumbuh, berarti berproses, ada kalanya investasi kita merugi, bisa juga untung.

Untung ruginya pun tetap terukur dan ada Regulator yang mengawasinya, misalnya OJK.

Tiga bentuk atau tipe investasi:

1. Investasi langsung, yakni modal pemilikan, pinjaman dan lainnya.

Contohnya berinvestasi pada bisnis riil dengan sistem Qirad atau Syirkah.

Misalnya bisnis online atau sewa menyewa gedung.

2. Investasi tidak langsung atau ke bidang keuangan yang di awasi oleh OJK.

Misalnya berinvestasi pada dunia perbankan lewat instrumen deposito, atau masuk ke pasar modal lewat instrumen saham, obligasi, reksadana dan lainnya.

3. Investasi pada harta riil

Misalnya berinvestasi pada emas/logam mulia, investasi properti/rumah/tanah, atau barang-barang koleksi, misal batik tulis, lukisan klasik, perangko lawas dan lainnya.

Di luar itu, ada juga investasi intelektual seperti menulis buku dan menciptakan lagu yang akan dapat royalti, selagi ada yang membeli produk tersebut.

Berikut tips agar kita tidak terkena jebakan investasi bodong:

1. Memberikan hasil yang sangat tinggi

Berapa bunga/bagi hasil deposito selama setahun, atau berapa bunga pinjaman/kredit yang dikucurkan pemerintah, misalnya KUR/Kredit Usaha Rakyat.

Jika ada yang menawarkan bagi hasil atau bunga 10 persen per bulan atau 120 persen per tahun, lebih baik segera tinggalkan, hatta yang menawarkan itu saudara atau teman dekat kita.

2. Memberikan hasil pasti setiap bulan

Yang namanya bisnis, bisa untung bisa rugi. Bisa besar bisa juga kecil. Poinnya adalah bisnis itu fluktuasi atau mengalami ketidakpastian, maka jika ada yang menawarkan hasil pasti, perlu cermat untuk mengiyakannya.

Deposito pada perbankan, ada aturan yang di tetapkan oleh BI, itu juga tergantung dari kondisi negara serta di batasi oleh waktu.

3. Dijamin tidak rugi

Biasanya yang begini, yang menjamin adalah yang menawarkan, sehingga ada rasa aman bagi calon korbannya. Begitu kejadian, dan mereka tidak bisa membayar, mereka akan lari dari tanggung jawab. Sehingga iming-iming dijamin tidak rugi, artinya Anda akan rugi.

Kalo di perbankan, ada penjaminan oleh LPS maksimal Rp 2 M, itupun tidak serta merta tetapi melalui proses terlebih dahulu. Jadi jika ada yang menawarkan tidak rugi, sebaiknya segera tinggalkan.

4. Tidak ada batas modal yang jelas

Yang namanya bisnis, pasti akan ada modal yang jelas. Misalnya, kita ingin bisnis ayam potong, dengan luas tanah 2 hektarr dan sekian karyawan dan seterusnya.

Pastinya akan ketemu berapa modal yang harus dipunyai, dan berapa kemungkinan lost atau menghitung kerugiannya, jika melebihi dari skala bisnis tersebut, maka leverage-nya akan tidak seimbang antara dana yang masuk dengan omset atau profit yang didapatkan.

Seorang investor profesional sekalipun, walau punya dana berlimpah, tidak mungkin menyuntik terus menerus fresh money kepada suatu bisnis, apalagi jika OCF/Operational Cash Flow-nya Negatif. Maka buble/gelembung dalam bisnis money game/investasi bodong,suatu saat akan pecah ketika tidak ada lagi 'investor bodoh' yang memberikan secara sukarela uang segarnya.

5. Bonus untuk mencari investor baru

Yang namanya bonus atau insentif itu sah saja selagi ada produk atau jasa yang terjual. Besarannya, biasanya tidak lebih dari 20 persen, karena akan dihitung juga operational cost yang lain.

Tetapi untuk investasi bodong, pemasukan utamanya dari merekrut anggota baru, dan uangnya bukan dari jual beli bisnis, tetapi murni dari merekrut anggota atau calon korban baru. Adapun produk, biasanya sebagai kedok untuk mengelabuhi calon baru.

Berhati-hatilah akan sebuah bisnis model investasi money game. Masih ingin tertipu investasi bodong?

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected]  SMS 0815 1999 4916.

twitter.com/h4r1soulputra

www.p3kcheckup.com

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement