Jumat 12 Oct 2018 21:00 WIB

Studi: Jangan Berharap Terlalu Banyak Dari Pasangan

Profesor psikologi meminta agar meminta lebih sedikit dan memberi lebih pada pasangan

Rep: MGROL 111/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pernikahan (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla/ca
Pernikahan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada yang memberi tahu kita seperti apa pasangan hidup yang sempurna itu. Tetapi ketika kita tumbuh, gagasan kita tentang orang sempurna berevolusi  di masa kecil.

Kita pasti terpesona oleh pangeran yang membangunkan putri tidur dari tidurnya yang abadi dengan ciuman atau putri yang mengubah katak menjadi pangeran. Ketika kita masuk ke masa remaja kita, pangeran digantikan oleh penyanyi utama dari band laki-laki yang populer atau sang putri yang kalah dengan model cantik yang sering kita lihat di iklan.

Dan lama kemudian, kita akhirnya menginginkan seseorang yang akan mencintai kita tanpa syarat atau menjaga semua kebutuhan kita. Tetapi satu hal yang tetap tidak berubah sepanjang hidup kita adalah 'harapan' kita dari pasangan hidup yang 'sempurna'.

Ini membawa kita ke buku yang menarik tentang pernikahan yang Eli Finkel, seorang profesor psikologi sosial di Northwestern University telah tulis. Dalam bukunya, Finkel telah membuat beberapa pengamatan yang menarik salah satunya menyarankan para pembaca untuk meminta lebih sedikit dari pasangan dan memikirkan cara-cara di mana hubungan itu dapat memberi mereka lebih banyak sebagai balasan.

Menurut Finkel seperti yang dilansir melalui India Times, orang terkadang berharap pasangan mereka menjadi segalanya bagi mereka dan harapan yang tak terpenuhi sering menyebabkan kekecewaan.

Kunci untuk hubungan yang sukses masih tetap diselimuti misteri. Tapi setidaknya kita dapat memenangkan setengah pertempuran jika kita belajar menjinakkan harapan kita.

“Kebanyakan orang yang mencari nasihat untuk masalah hubungan mereka gagal memahami bahwa tidak ada yang salah dalam hubungan itu. Itu adalah sikap dan harapan mereka dari pasangan mereka yang berdiri sebagai rintangan di jalan mereka,” kata Rashmi Ahuja, seorang ahli hubungan dan psikolog.

Menurut para ahli, gagasan bahagia selamanya itu salah.“Kebahagiaan adalah keadaan pikiran. Apakah Anda tidak bahagia ketika Anda masih kecil dan tidak perlu khawatir tentang pasangan hidup? Hal-hal kecil seperti memenangkan pertandingan atau menonton film dengan teman sudah cukup untuk membuat Anda bahagia. Lalu mengapa berharap menemukan kebahagiaan dari orang lain?” tanya Ahuja.

Kuncinya adalah memiliki harapan yang tepat dari seseorang. Jika Anda membiarkan kebahagiaan Anda bergantung pada orang lain, hanya masalah waktu bahwa Anda akan menyadari absurditas dari harapan yang tidak masuk akal Anda.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement