REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial seperti Facebook, Twitter hingga Instagram telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saat ini. Bila digunakan dengan bijak, media sosial tentu dapat membawa banyak manfaat positif bagi penggunanya. Sebaliknya, penggunaan media sosial yang kurang bijak dapat berujung pada malapetaka.
Novelis Asma Nadia mengungkapkan setidaknya ada tiga trik yang bisa dilakukan para pengguna media sosial, khususnya kelompok milenial dalam menggunakan media sosial masing-masing dengan bijak. Berikut ini adalah ketiga trik tersebut seperti diungkapkan Asma Nadia kepada Republika.co.id.
Ketahui Fakta Sebelum Berbagi
Salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial adalah terhubung dengan orang lain tanpa kendala jarak dan waktu. Kecepatan pertukaran informasi ini memungkinkan beberapa informasi yang beredar di media sosial tidak tersaring dengan baik dan diragukan kredibilitasnya.
Untuk itu, pengguna media sosial perlu mengecek kebenaran informasi yang mereka dapatkan dari media sosial. Seberapapun menariknya informasi yang didapatkan, jangan menyebarkan informasi yang belum terbukti kebenarannya.
"Sebelum kita retweet atau repost, pastikan dulu itu benar," jelas Asma.
Menjaga Tata Krama
Penggunaan media sosial tentu perlu disertai dengan sikap yang baik. Sebisa mungkin hindari berbagi informasi yang menyinggung SARA di media sosial. Penggunaan bahasa yang santun juga perlu diperhatikan saat berkomunikasi di media sosial agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Tetap sopan santun harus dijaga," kata Asma.
Orang Tua Ikut Memberi Contoh
Asma melihat tidak sedikit orang tua yang menggunakan bahasa kurang baik saat bermain media sosial. Salah satu topik hangat yang kerap memancing perkataan kurang baik di media sosial ini adalah topik mengenai pilpres.
Asma menyadari berbeda pendapat meruapkan hal yang lumrah. Akan tetapi perbedaan pendapat ini perlu disikapi secara dewasa melalui dialog atau diskusi, terlebih dalam ranah media sosial yang bisa diakses oleh siapa saja.
"Saya nggak bilang kita harus memuji, saya nggak bilang kita harus selalu sepakat, tapi kalau kita sama-sama dewasa, yang ada dialog yang santun, yang sopan," ujar Asma.
Asma mengungkapkan orang dewasa yang dengan mudah mencaci-maki di media sosial karena berbeda pendapat bisa menjadi contoh yang buruk bagi pengguna media sosial muda, termasuk milenial. Contoh yang buruk ini dikhawatirkan dapat memberi pengaruh negatif bagi pola berkomunikasi kelompok milenial di media sosial.
"Bagaimana kita bisa membentuk generasi yang bahasanya juga santun di sosial media kalau ayah bundanya caci maki di sosial media?" kata Asma.