REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu bulan atau dua pekan sebelum Ramadhan, di televisi alias layar kaca, kita sudah dibombardir dengan iklan-iklan khas Ramadhan. Entah kuliner, baju baru, maupun atribut yang mencerminkan keagungan Bulan Ramadhan dan Syawal.
Di sisi lain, yang namanya budaya 'kalap keuangan', apalagi jika ada uangnya, selalu menghasikan penyesalan di akhir. Sehingga, sebenarnya lawan terberat pengelolaan keuangan bukan di luar diri kita, seperti diskon 70 persen, munculnya ponsel baru, destinasi wisata kekinian dan lainnya tetapi diri kita sendiri.
Bulan Ramadhan sudah datang, bulan mulia untuk kita totalitas beribadah shaum. Apakah ujungnya akan mematangkan jasmani dan ruhani kita atau malah menghanguskannya.
Di sisi lain, yang namanya aktivitas tahunan seperti buka bersama (bukber), arisan alumni SD, SMP, SMA, kuliah, kantor lama/baru dan seterusnya sudah menjadi hal yang jamak di masyarakat kita. Belum lagi, bulan tersebut merupakan bulan 'panen' bagi pebisnis daring, katering, busana dan lainnya.
Daya beli masyarakat memang menjadi naik dikarenakan adanya THR (Tunjangan Hari Raya). Alih-alih ingin penuh ibadah, yang terjadi malah pemborosan keungan yang didapatkan.
Keuangan ala Aikido
Aikido adalah bela diri tradisional dari Jepang yang sifatnya defensif (bertahan), tidak mengutamakan kekuatan otot, tetapi melatih kelenturan badan serta kecepatan gerak. Secara filosofi, Aikido tidak jauh berbeda dengan Tai Chi atau beladiri yang mengutamakan kelembutan, yakni mempelajari keseimbangan atau harmoni.
Dalam Tai Chi, dikenal teknik meminjam tenaga lawan. Pun begitu dengan Aikido. Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (prana) individu dengan ki alam semesta.
Adapun pengertian finansial mencakup beberapa aspek seperti:
1. Ilmu tentang angka.
2. Ilmu Keuangan beserta aset yang lain.
3. Manajemen atau pengelolaan aset itu sendiri.
4. Bagaimana cara perhitungan serta pengaturan risiko sebuah proyek dan lainnya.
Jadi, Keuangan ala Aikido atau Aikido Finansial adalah ilmu keuangan (angka-angka) yang diterapkan dengan menggunakan prinsip-prinsip Aikido.
Beberapa prinsip itu yang kaitannya dengan keuangan bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan adalah:
1. Bagaimana memanfaatkan tenaga lawan (promosi, persuasi iklan dan lainnya di luar diri kita) untuk keuntungan kita dan keluarga.
Jika saya ibaratkan proses jual beli, di mana ada konsumen dan produsen maka perspektif kita akan menentukan kemenangan. Dalam perspektif orodusen, "juallah barang atau jasa Anda semahal mungkin" tentunya dengan nilai yang maksimal. Sementara perspektif konsumen, "belilah barang/jasa orang lain semurah mungkin."
Tidak akan terjadi barter antara konsumen dan produsen, kecuali bertemunya kebutuhan konsumen dengan solusi masalah oleh produsen. Tinggal posisi kita akan memilih seperti apa, apakah akan menuruti perintah produsen, ataukah bertahan dengan uang yang kita punya.
Dengan Aikido Finansial, kita tidak harus diperintah oleh produsen dengan segala macam trik persuasinya. Tetapi membiarkan perintah tersebut lewat di depan atau di samping kita.
Maka sehebat dan segencar apapun alam emosi kita di duk-aduk oleh sang produsen, otak rasional kita yang memegang kendalinya. Sehingga, setiap langkah keuangan kita tetap rasional bukan emosional.
2. Fokuslah ke arah tren rencana keuangan yang telah kita sepakati
Di pasar, yang menentukan adalah konsumen. Laku tidaknya sebuah produk, pasar jualah yang menyeleksinya secara alamiah.
Produk akan diminati pasar ketika kebutuhan konsumen terpenuhi. Ada yang awalnya coba-coba dan laku keras, tetapi ada juga yang memikirkan solusi terbaik apa buat konsumen atau calon konsumennya.
Dan perilaku atau kecendrungan konsumen dalam berbelanja menjadi semakin mudah terdeteksi lewat big data yang dipunyai produsen. Ibaratnya, produsen itu tidak bisa mengubah arah angin kecenderungan pasar.
Jadi yang namanya masalah di pasar selalu sama. Tetapi cara produsen menyikapinya tentu butuh formula yang berbeda.
Misalnya kebutuhan pasar adalah transportasi. Maka lewat tren kekinian, diciptakanlah aplikasi ala ojol (ojek online). Awalnya, si aplikator akan memberi kemudahan dan kenyamanan penggunanya.
Mulai dari tarif yang murah, pelayanan yang memadai, hingga berbagai diskon yang menyertainya. Harapannya, konsumen menjadi tergantung dengan si aplikator dan berubah perilaku belanjanya.
Posisi kita, harusnya tetap dengan belanja rasional kita dan tidak terjebak dengan pola-pola emosional. Sebagai konsumen, kita bisa mengubah sayap akan ke mana uang kita belanjakan dan tetap bijaksana dalam mengatur pengeluarannya.
Jadi, tetap fokus ke arah tren rencana keuangan yang telah kita sepakati. Agar mimpi keuangan menjadi nyata.
Siap menjalankan Aikido Finansial!
Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected] SMS 0815 1999 4916.