Senin 03 Jun 2019 04:30 WIB

Cara Sikapi Pertanyaan Rutin Lebaran 'Kapan Nikah?'

Bagi sebagian orang pertanyaan kapan nikah adalah pertanyaan yang menyinggung

Rep: Umi Soliha/ Red: Christiyaningsih
Pasangan yang sudah menikah (ilustrasi)
Foto: independent
Pasangan yang sudah menikah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebaran adalah momen seseorang untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat dekat. Namun tak jarang saat momen itu anak muda mendapatkan pertanyaan–pertanyaan yang sama setiap tahunnya dari keluarga atau kerabat dekat.

 

Baca Juga

Pertanyaan yang umum dilontarkan misalnya kapan lulus kuliah?, kapan nikah?, kapan punya anak?, dan sebagainya. Bagi sebagian orang, pertanyaan–pertanyaan tersebut mungkin bisa dianggap santai dan angin lalu. Tetapi sebagian juga ada yang tersinggung terutama jika pertanyaan–pertanyaan tersebut dilontarkan kepada seseorang yang sedang memiliki masalah dengan topik yang ditanyakan.

Lalu bagaimana menyikapi pertanyaan–pertanyaan tersebut? Topik seperti apa  yang bisa kita obrol saat kumpul–kumpul lebaran? Berikut trik psikolog Universitas Pancasila Aully Grashinta agar perbincangan selama kumpul keluarga tetap terasa nyaman dan hangat.

1. Pahami pertanyaan

Pertama, pahami pertanyaan–pertanyaan tersebut adalah basa–basi sehingga jawablah dengan sekedarnya dan tidak perlu serius. Sangat lumrah di Indonesia jika ingin membuka sebuah perbincangan dimulai dengan basi–basi namun tanpa disadari pertanyaannya tersebut melebar kepada hal yang personal.

Fakta sebenarnya, orang yang melemparkan pertanyaan tersebut tidak benar–benar ingin tahu apa yang terjadi. Kita tidak perlu menanggapinya dengan serius agar tidak tersinggung.

2. Buat perubahan

Buatlah perubahan terkait masalah–masalah yang sering ditanyakan. Biasanya, kita tersinggung kerena memang ada masalah dengan apa yang ditanyakan. Jadi sebelum permasalah itu datang, kita sudah tahu letak permasalahan kita. Kita tahu apa yang sudah kita lakukan dengan masalah tersebut sehingga tidak perlu tersinggung.

3. Utamakan hubungan      

Kedepankan hubungan daripada menganggap serius pertanyaan–pertanyaan tersebut. Lebih baik mengedepankan hubungan atau silahturahim daripada merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh ditanyakan. Jawab saja dengan santai, ringan, dan tidak perlu dimasukkan dalam hati.

 

Jika keluarga benar-benar dekat dan ingin membantu dengan permasalah yang sedang kita hadapi, mereka akan mendekati kita secara personal. "Seseorang juga perlu dengan pintar memilih pertanyaan untuk menjaga perasaan orang lain," kata Aully.

Menurutnya, jika memang tidak tahu kondisi atau apa yang terjadi dan kita tidak bisa menebak-nebak maka pertanyaan terlalu personal perlu dihindari. Ia mengungkapkan pertanyaan yang bisa dijadikan pertanyaan adalah hal aktual yang tidak perlu kita tebak-tebak.

Menurutnya, masih banyak topik yang bisa dibicarakan saat bertemu keluarga besar.

Misalnya, pertanyaan mengenai kesukaan pada satu hobi atau kegiatan, pilihan travelling, atau hal-hal yang aktual dan tidak melibatkan aspek personal.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement