Ilustrasi gedung S&P
Lembaga pemeringkat kredit internasional Standard & Poor’s (S&P) kembali menaikkan peringkat utang Indonesia ke BBB/Outlook Stabil pada 31 Mei 2019, setelah sebelumnya mempertahannya di BBB-/Outlook Stabil.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam keterangan tertulisnya yang diedarkan di Jakarta, belum lama ini, menyebutkan kenaikan kredit Indonesia merupakan capaian yang sangat membanggakan, karena langsung naik dari BBB-/Stable menjadi BBB/Stable, tanpa melalui tahap BBB-/Positive.
Apa itu Peringkat Utang?
Peringkat utang atau kredit adalah penilaian dari risiko kredit perorangan, perusahaan, atau pun suatu negara. Gambarannya, jika individu punya kartu kredit dan pembayarannya lancar, maka peringkat kredit kamu baik.
Begitu juga dengan peringkat utang Indonesia, dengan naiknya credit rating dari lembaga pemeringkat utang internasional S&P, maka kelayakan atau score kredit Indonesia juga bagus. Artinya tidak ada indikasi kredit macet atau gagal bayar ke depannya.
Baca Juga: Utang Indonesia Membengkak: Bahayakah?
Faktor-Faktor Kenaikan Peringkat Utang Indonesia dari S&P
Ilustrasi data pertumbuhan ekonomi Indonesia
Dikutip dari laman bi.go.id, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan dalam laporan S&P menegaskan ada salah satu faktor kunci yang mendukung keuputusan kenaikan peringkat utang Indonesia, di antaranya:
- Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia kuat
- Dukungan otoritas yang diyakini akan tetap berlanjut pasca terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo
- Utang pemerintah dinilai relatif rendah
- Kinerja fiskal cukup baik
- Ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibanding negara-negara dengan pendapatan yang sama (peers)
- Konsumsi dan investasi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih akan terus berlanjut seiring komitmen Presiden Jokowi untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM)
- Rasio utang pemerintah diperkirakan stabil dalam beberapa tahun ke depan, yakni di bawah 30% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto)
- Kebijakan pro aktif BI yang sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin (bps) yang dinilai bisa mengatasi risiko dari eksternal (luar negeri)
- Indonesia dinilai tidak menghadapi risiko pemburukan pembiayaan eksternal, karena didukung akses pasar keuangan yang kuat dan berkelanjutan, serta arus masuk PMA (Penanaman Modal Asing)
Apa 'Sih, Keuntungan bila Peringkat Utang Indonesia Naik?
Gubernur BI Perry Warjiyo
Disebutkan Perry, kenaikan peringkat utang ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga rating tersebut memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia. Hal ini didukung oleh sinergi kebijakan moneter, sektor keuangan, dan fiskal.
Sinergi tersebut tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi, dengan tetap mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.
Bila peringkat utang Indonesia naik, apa sih manfaat atau untungnya?
Kemenkeu sendiri menyatakan, dengan naiknya peringkat utang ini maka menunjukkan kepercayaan lembaga internasional dalam hal ini lembaga pemeringkat kredit terhadap kinerja perekonomian Indonesia.
Dan kenaikan rating dari S&P ini diharapkan membawa dampak semakin meningkatnya FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia.
Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, kepada Cermati.com juga mengamini adanya keuntungan yang bakal diperoleh bagi Indonesia secara umum maupun masyarakat.
“Kenaikan Kenaikan peringkat utang (dari S&P) menunjukkan bahwa investasi di Indonesia risikonya semakin rendah. Artinya, peluang investasi makin menarik dibandingkan negara lain yang ratingnya lebih rendah,” kata Bhima.
Baca Juga: Kaleidoskop Ekonomi 2018: Dolar Mahal, Bunga Kredit Naik hingga Utang RI
Dampak Ganda dari Kenaikan Peringkat Utang RI
Ilustrasi nilai tukar rupiah dan IHSG
Kenaikan peringkat utang dari S&P memberikan dampak ganda (multiplier effect) yang positif kepada prekonomian Indonesia yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Bermula dari semakin derasnya investasi langsung (FDI/Foreign Direct Investment) maupun melalui investasi tidak langsung, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif ke sektor-sektor yang bisa dirasakan masyarakat secara langsung.
Investasi langsung (FDI/Foreign Direct Investment) adalah investasi berupa wujud fisik, yakni investasi yang masuk langsung ke sektor riil seperti pembangunan pabrik, infrastruktur, serta masih banyak lagi melalui pembelian aset dan lainnya.
Investasi tidak langsung adalah investasi yang tidak dalam bentuk fisik, yakni investasi di sektor pasar modal dan pasar keuangan.
Lalu, apa saja manfaat yang bisa dirasakan masyarakat dari kenaikan peringkat utang Indonesia ini? Bhima menjabarkan, inilah beberapa keuntungan kenaikan peringkat utang dari S&P itu.
1. Kurs rupiah stabil
Kurs rupiah akan relatif stabil karena naiknya peringkat utang ini akan memberikan sentimen positif terhadap investor. Sehingga investor tidak ragu untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
Tak heran bila sepekan terakhir, pasca kenaikan peringkat utang dari S&P ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS relatif menguat.
Dari data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menunjukkan kurs rupiah awal pekan lalu (10/6) berada di level Rp14.231 per dolar AS dari sebelumnya di angka Rp14.417 per USD pada 29 Mei 2019.
2. Harga barang stabil
Bhima menuturkan, dengan stabilnya nilai tukar rupiah maka akan memudahkan pelaku usaha dalam mengimpor bahan baku untuk memenuhi produksinya. Sebab biaya bahan baku khususnya impor ini tidak mengalami fluktuasi atau gejolak.
Mudahnya pengusaha dalam mendapatkan bahan baku juga akan berdampak positif bagi masyarakat. Karena harga jual produk bisa menjadi lebih rendah karena bahan baku yang murah.
3. Inflasi akan rendah
Apabil harga barang-barang di tengah masyarakt murah, maka tekanan inflasi dengan sendirinya akan terkendali dan rendah. Dengan inflasi rendah, artinya daya beli masyarakat terjaga sebab harga kebutuhan tidak mahal.
Ia memperkirakan, inflasi ke depannya akan lebih stabil, bahkan inflasi hingga akhir tahun bisa rendah di bawah 3,5% atau sesuai target pemerintah dalam APBN 2019.
4. IHSG menguat
“Sepekan terakhir IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) meningkat signifikan (sebesar) 3,83 persen,” kata Bhima.
Hal ini mengindikasikan kenaikan peringkat utang RI dari S&P tersebut memberikan sentimen positif terhadap pasar modal Indonesia.
Ia menyebutkan, dana asing di pasar modal Indonesia mencatatkan nett buy atau pembelian bersih Rp2,4 triliun. “Jadi, efeknya (kenaikan rating RI utang) cukup positif,” ujarnya.
5. Mudah Mengakses Kredit
Manfaat yang bisa dirasakan masyarakat dari kenaikan peringkat utang Indonesia juga dalam hal pendanaan kredit. Masyarakat akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman kredit perbankan.
“Bank akan lebih percaya diri salurkan uang ke pelaku usaha. Jadi akses mendapatkan kredit (jadi) lebih mudah,” tutur Bhima.
6. Beban utang pemerintah rendah
Kenaikan rating utang RI ini juga berpengaruh pada beban bunga utang pemerintah untuk membiayai keperluan bernegara menjadi lebih rendah. Sebab dengan naiknya peringkat utang, pemerintah bisa menerbitkan obligasi dengan bunga lebih kecil.
Dengan bunga yang lebih kecil inilah pemerintah bisa menekan biaya pembayaran bunga kepada investor. Sehingga bisa menghemat keuangan negara (APBN).
Semakin kecil beban bunga utang yang dibayarkan pemerintah, semakin besar anggaran negara yang bisa dihemat. Tentu saja, dari penghematan ini dananya bisa digunakan untuk lainnya yang lebih penting seperti penyediaan fasilitas umum.
Meski demikian, Bhima mengakui potensi turunnya bunga obligasi pemerintah (surat utang negara) ini masih dibayangi oleh faktor eksternal, yakni tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate).
“(Bunga obligasi pemerintah) Bisa turun, tapi bertahap. Karena ada faktor The Fed juga. Mungkin ada penurunan (bunga obligasi pemerintah) 25 basis poin (untuk obligasi pemerintah jangka panjang),” ungkapnya.
Indonesia Sudah Kantongi ‘Investment Grade’ dari 3 Lembaga Pemeringkat Dunia
Ilustrasi peringkat utang investment grade
Perry menyatakan, Indonesia menyambut baik hasil assessment (penilaian) S&P yang positif. Indonesia kini memperoleh status investment grade dengan level yang sama dari lembaga rating utama lainnya, yakni Moody’s dan Fitch Rating.
Setidaknya ada tiga lembaga pemeringkat utang internasional yang sudah memberikan peringkat layak investasi (investment grade) terhadap Indonesia, yakni:
- Moody’s (Baa2/Outlook Stable)
- Standard and Poor’s/S&P (BBB/Outlook Stable)
- Fitch Rating’s (BBB/Outlook Stable)
Indikator pemeringkatan ditunjukkan dengan huruf mulai dari nilai tertinggi hingga terendah, yakni AAA, B, dan CC, hingga D, dengan kategori investment grade dan non investment grade. Pemeringkatan ini dilakukan secara berkala setiap tahunnya.
Baca Juga: Mau Berutang? Kenali Risiko dan Keuntungan Utang Jangka Panjang