REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepemilikan dana darurat dinilai dapat mengurangi beban akibat pengeluaran yang tak terduga. Dana darurat akan membuat keluarga muda tak perlu merogoh kantong ketika timbul kejadian tak terduga.
Perencana keuangan Prita Ghozie mengatakan selama ini keluarga muda tidak memiliki kendali untuk mengelola keuangan khususnya dana cash dalam kegiatan darurat. Bahkan, mereka hanya memikirkan keuntungan investasi dalam jangka pendek saja.
“Sekarang milenial bahaya tidak punya tujuan jelas, sifatnya tujuannya jangka pendek dan arahannya pertemanan milenial tidak punya kendali terhadap uangnya sendiri, mereka tidak punya cash dalam kegiatan emergency sehingga kelabakan,” ujarnya saat acara ‘Media Gathering Bank Danamon’ di Hotel Aston Kuningan, Jakarta, Selasa (16/7).
Menurutnya saat ini milenial belum memiliki edukasi yang baik terkait investasi jangka panjang. Semisal, kepemilikan tempat tinggal yang dijadikan prioritas nomor sekian.
“Mereka (milenial) memikirkan cuan jangka pendek ya tidak masalah asal jangan sampai tidak punya tunai. Bahkan mereka tidak memiliki rumah,” ucapnya.
Di sisi lain, Prita menambahkan pihaknya telah melakukan survei tujuan keuangan khusus milenial di Indonesia. Hasilnya, milenial lebih mengutamakan liburan ketimbang memiliki investasi rumah tinggal, dana pendidikan, dana pensiun hingga kendaraan.
Untuk itu, menurut Prita ada enam panduan utama yang harus dilakukan milenial. Pertama, memastikan dana darurat jangan mikirkan cuan saja. Kedua usahakan prioritaskan rumah tinggal. Ketiga dana pernikahan. Keempat memiliki bujet kelahiran anak. Kelima persiapan pendidikan anak. Terakhir, memproteksi jiwa dan kesehatan.
“Perubahan seseorang mulai dari lajang hingga komitmen harus memenuhi ke enam hal tersebut,” ungkapnya.
Ke depan, Prita juga memberikan beberapa rencana bagi milenial yang ingin membeli hunian tinggal. Prita menjelaskan caranya dengan konsep Zapfin, yakni Zakat, Assurance, Present Consumption, Future spending dan Investment.
Sementara Secured Business Head Bank Danamon Baraningrum menambahkan salah satu fenomena yang ada di tengah masyarakat adalah rendahnya kesadaran akan pengelolaan keuangan yang baik serta prioritas untuk memenuhi kebutuhan akan rumah. Menurut berbagai survei yang dilakukan sejumlah media maupun lembaga riset, disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia khususnya generasi milenial dengan rentang usia 25–35 tahun masih sangat rendah dalam hal menyisihkan dana untuk memiliki rumah. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat kepemilikan rumah di Indonesia, yaitu jauh di bawah separuh dari total populasi kelompok usia milenial yang ada.
“Tingkat pemahaman atau literasi dalam hal keuangan di tengah-tengah masyarakat tentu akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya penetrasi jasa layanan keuangan khususnya perbankan di Indonesia. Kami akan terus mendukung upaya pemerintah melalui kegiatan-kegiatan edukasi produk dan layanan perbankan kepada publik,” ucapnya.