REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dosen jurusan Biologi Universitas Andalas (Unand) Padang M Nazri Janra MSi menyarankan agar masyarakat mengetahui cara menyelamatkan diri dari kejaran buaya. Jika bertemu dengan buaya, segeralah menghindar.
"Caranya jangan lari dengan arah lurus," kata dia di Padang, Rabu.
Nazri merekomendasikan warga untuk berlari dengan gerakan zig zag. Menurut Nazri, dengan bentuk tubuh memanjang dan jarak antara kaki depan dengan belakang yang cukup jauh, buaya sulit untuk berjalan cepat dengan pola zig zag.
"Kalau berhadapan langsung dengan buaya juga hindari gigi dan ekor karena bisa sewaktu-waktu menyambar," ujarnya.
Terkait adanya buaya yang berkeliaran di pantai, Nazri menyatakan hal ini amat mungkin terjadi. Ia mengatakan bahwa pantai merupakan salah satu habitat buaya.
"Buaya kan biasanya di muara, pertemuan air laut dengan tawar, serta ada daratan, jadi kalau terlihat di pantai amat mungkin, tapi tidak terlalu jauh ke tengah laut," katanya.
Nazri mengungkapkan, buaya yang berada di pantai berjenis buaya nil atau Crocodylus niloticus. Buaya tersebut punya mekanisme mengeluarkan kadar garam yang ada di tubuhnya, salah satunya lewat air mata.
"Jadi kalau masyarakat bertemu buaya sedang berjemur di pantai dan mengeluarkan air mata seperti menangis maka itu salah satu cara mengeluarkan garam di tubuhnya," ujarnya.
Sebelumnya Suwardi (55), warga Jorong Pasar Bawan, Nagari Bawan, Kecamatan Ampeknagari, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, digigit buaya muara saat mencari lokan di Sungai Batang Anggang, Jorong Pasar Bawan, Nagari Bawan. Buaya dengan panjang sekitar dua meter menyerang dan mengigit korban.
Sementara itu, di perairan objek wisata Pantai Carocok Painan dan Pulau Cingkuak juga dilaporkan terdapat penampakan buaya dengan panjang lebih kurang lima meter. Hal itu membuat Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, menyurati Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terkait kemunculan buaya yang dianggap meresahkan dan mengganggu kenyamanan wisatawan menikmati wahana air.