REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkadang para pemilik celana denim merasa perlu mencuci celana denimnya yang telah kotor. Akan tetapi ternyata, celana denim sebenarnya tak perlu dicuci terlalu sering.
Training Manager dari Levi Strauss Indonesia, Everdsen, mengatakan, musuh utama denim yang sebenarnya adalah air dan panas matahari. Sebab, jika dicuci dan dijemur di bawah panas matahari yang terlalu menyengat, maka motif denim dan warna kain aslinya tidak bisa dipertahankan.
Everdsen menyarankan agar denim dicuci secara lokal. Artinya, pencucian dilakukan hanya pada bagian-bagian yang kotor saja, tak perlu mencucinya secara menyeluruh.
"Kalau mau pakai mesin cuci, sebaiknya pakai mesin cuci yang ada fitur khusus untuk mencuci denim. Deterjen yang digunakan pun sebaiknya pakai yang cair. Jangan yang bubuk," ungkap Everd.
Selain itu, Everd menganjurkan agar mencuci denim dengan air dingin. Lantas, saat penjemuran, pakaian denim juga sebaiknya dijemur di tempat yang tak langsung terkena sinar mata hari.
"Jemurlah di tempat yang teduh," kata Everd.
Sementara itu, pencucian lokal itu, menurut Everd, bisa dijadikan ajang untuk membuat motif washed sendiri. Sebab, motif washed juga menjadi bagian dari mode.
"Sebenarnya, semakin ada motif washed yang unik, biasanya semakin bagus. Motif yang timbul, memudar pada bagian tekukan-tekukan, itu yang semakin seru bagi pecinta denim," ungkap Everd.
Kapan pakaian denim harus dicuci menyeluruh? Everd menyarankan agar jins dicuci setelah dipakai 10 kali hingga 15 kali.
Jenama Levi's termasuk dalam ajang Jeans Fest yang diselenggarakan Galeries Lafayette. Levi’s menghadirkan koleksi terbarunya yang diinspirasi oleh gaya eklektik dari Moskow, terutama Russia Rodeo.
Pada koleksi itu, Levi’s memadukan warna putih, hitam, dan indigo dengan beberapa sentuhan warna cerah seperti kuning, merah dan pink untuk kaos atau atasan. Dengan berani pula, Levi’s mengombinasikan street style kontemporer Russia dengan sentuhan western American.