REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Generasi masa kini merupakan generasi yang sangat akrab dengan teknologi. Hal ini pun membuat generasi tersebut sangat tertarik dengan hal yang bersifat fleksibel. Salah satunya adalah fleksibilitas dalam bekerja.
Pendiri Microsoft, Bill Gates, pernah berkata bahwa pekerjaan yang fleksibel mampu membuat pegawai merasa lebih bahagia. Dia berkata seolah bisa 'meramal' pekerjaan dengan konsep mobile working atau 'bekerja tanpa meja' akan populer di masa depan.
Dilansir melalui Inc, Jumat (27/9), Gates mengungkapkan bahwa persaingan untuk memberikan pekerjaan terbaik akan meningkat. Namun faktanya, banyak perusahaan yang belum mampu memenuhi tuntutan pekerjanya.
Apa kita harus mengikuti saran Bill Gates? Berikut hal-hal yang perlu disorot terkait ucapan sang konglomerat dunia itu.
Fleksibilitas dalam bekerja ini menawarkan sejumlah hal seperti remote work atau bekerja di luar kantor. Nah, jika didalami lebih lanjut, ternyata sebenarnya remote work ini memiliki manfaat positif baik bagi pegawai maupun perusahaan.
Manfaat pertama adalah pegawai dapat lebih menghemat pengeluaran. Dengan skema remote work, maka hal ini juga memungkinkan pegawai dapat melakukan pekerjaanya dari rumah. Sehingga, biaya transportasi pun dapat ditekan.
Selain itu, pegawai yang sudah berkeluarga juga dapat menekan anggaran untuk biaya penitipan anak. Lewat skema remote work, pegawai juga tak perlu membeli atau menyewa tempat tinggal di tengah kota yang tentu memerlukan anggaran besar. Total, skema ini membuat pegawai dapat menghemat lebih dari Rp 70 juta per tahun.
Nah, bagi perusahaan, skema remote work ini juga menjanjikan sejumlah efisiensi. Berdasar studi pada tahun lalu, skema ini mampu menekan biaya per tahun hingga lebih dari 5 miliar dolar AS.
Efisiensi itu dapat terjadi karena perusahaan dapat meminimalisir kebutuhan ruang kerja di kantor. Selain itu, perusahaan juga dapat menekan pengeluaran untuk membeli sejumlah perlengkapan seperti meja kerja dan komputer, penyediaan lahan parkir, penitipan anak, makanan dan lain-lain.
Selain itu, studi terkait skema ini ternyata memperoleh hasil bahwa remote work bersampak positid terhadap produktivitas. Berdasar Gallup's 2017 State Of The Global Workplace Study, remote work telah menambah jam kerja per pekan hingga empat jam.
Hal ini pun didukung oleh studi dari Stanford University. Dengan melibatkan 500 pegawai, studi itu mendapati bahwa pegawai yang melakukan sistem remote work mencatat produktivitas yang setara dengan pekerjaan sehari penuh setiap pekan.
Sebuah riset dari Owl Labs pun menggambarkan bahwa pegawai yang dapat bekerja sejara fleksibel mengaku merasa lebih bahagia. Dalam studi berjudul "The Global State of Remote Work” itu, 50 persen dari 3.028 pegawai yang melakukan remote work menyatakan bahwa mereka merasa lebih bahagia dan lebih produktif.
Hal ini terjadi karena skema itu membuat pegawai dapat memilih waktu dan tempat yang dinilai paling tepat untuk melakukan pekerjaan mereka. Melihat banyaknya pegawai yang mulai tertarik dengan work-life balance, diyakini bahwa nantinya akan semakin banyak pegawai yang lebih memilih untuk melakukan skela remote work.