REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak dipungkiri, ibu memiliki ikatan yang sangat kuat dengan anak-anaknya. Mereka biasanya sebisa mungkin ingin mendampingi tumbuh kembang anaknya setiap saat.
Namun, tidak semua Ibu bisa menghabiskan banyak waktunya bersama buah hatinya. Terutama, Ibu yang bekerja di kantor. Karena tuntutan pekerjaan, mereka merelakan melewatkan sebagian tumbuh kembang sang buah hati.
Untuk itu, banyak ibu-ibu yang dilema antara mempertahankan pekerjaannya atau menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak seutuhnya. Perencana keuangan Prita Hapsari Gozie dan Presenter Nadia Mulya, membagikan apa yang harus dipertimbangkan ibu saat ingin memutuskan keluar dari pekerjaan, sebagai berikut.
Pertama, kata Prita, ibu harus menyadari dengan bertambahnya anak berarti pengeluaran rutin bulanan akan bertambah sebesar 20 persen dari biasanya. Oleh kerena itu, ia menyarankan untuk mengatur budget ulang agar keuangan saat memutuskan resign tetap stabil. Ibu harus mempersiapkan dana darurat minimal enam kali pengeluaran bulanan.
Selain itu, ibu pun harus mampu berhemat biaya hidup setengah dari pengeluaran rutin bulanan saat ini. "Siapa pun yang memutuskan untuk resign atau pindah pekerjaan harus mengatur rencanana keuangan ulang," ujarnya di kawasan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Menurutnya, saat memutuskan keluar pekerjaan yang akan hilang tidak hanya gaji namun penghasilan tidak rutin lainnya, seperti bonus, THR dan berbagai benefit yang lain. Ini, kata dia, yang banyak terlewatkan saat orang memutuskan untuk resign.
"Resign tidak boleh secara emosional harus ada perencanaan yang matang,"kata dia.
Pertimbangan selanjutnya, biaya penitipan anak. Penghasilan Ibu harus dua kali lipat biaya penitipan anak, saat biaya penitipan anak memakan 80 persen penghasilan bulanan, maka disarankan ibu untuk tinggal di rumah merawat anaknya sendiri. Sementara, menurut Nadia banyak alternatif yang bisa dilakukan Ibu yang ingin sepenuhnya tinggal di rumah.
"Tanyakan ke atasan apakah pekerjaannya sekarang ini bisa dikerjakan di rumah dan ke kantor pada waktu-waktu tertentu," ujarnya.
Atau mempersiapkan profesi yang baru seperti, blogger, vlogger dan sebagainya. Namun, ia mengingatkan, pekerjaan tersebut membutuhkan waktu dan perencanaan, sehingga harus benar-benar didiskusikan dengan pasangan.