Berkuliah di luar negeri merupakan mimpi sebagian orang, mungkin saja termasuk kamu. Skalanya bukan di Asia Tenggara atau benua Asia, tapi bercita-cita kuliah di Eropa, seperti di University of Oxford, University of Cambridge, Imperial College London, dan masih banyak lainnya.
Bagi mereka yang mampu dalam hal ekonomi, kuliah di perguruan tinggi top Eropa tidak jadi kendala. Namun untuk yang kesulitan keuangan, tentu saja harus berburu beasiswa untuk dalam mewujudkan impian tersebut.
Terlepas dari persoalan keuangan, jika menilik sistem pendidikan di negara-negara Benua Biru ini seperti Prancis, Inggris, Jerman, Belanda, Belgia, Italia, Polandia, Rusia, dan lainnya sangatlah berkualitas. Pantas saja bila negara-negara Eropa masih menjadi favorit pelajar internasional yang ingin melanjutkan pendidikan S1, S2, atau S3.
Kalau kamu mau kuliah di salah satu negara Eropa, kenali dulu nih sistem pendidikan dan gaya belajar di sana, seperti dikutip Cermati.com dari careernews.id.
Baca Juga: 20 Negara Dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia
Masa perkuliahan
Masa perkuliahan di perguruan tinggi Eropa
Sebetulnya masa perkuliahan di Eropa untuk tingkat Sarjana lebih singkat dibanding di Indonesia yang berkisar 3,5-4 tahun, yakni sekitar 3 tahunan. Nah kalau untuk mengambil gelar magister, lama studi masing-masing negara di Eropa beragam sekitar 1-2 tahun.
Enaknya lagi, contoh kuliah di Jerman tidak ada tuh yang namanya sistem absensi. Kamu mau ikut kelas atau tidak, urusanmu. Jadi tidak ada juga ‘nitip absen’ ke teman. Beda kan dengan di Indonesia.
Kebanyakan kampus di Tanah Air menerapkan sistem pendidikan, di mana total kehadiran menjadi salah satu syarat untuk bisa ikut ujian semester. Misalnya 3 kali absen atau tidak ikut kelas, tidak boleh ikut UTS.
Gaya belajar via online
Gaya belajar via online
Di Indonesia saja, kini sudah banyak yang menerapkan sistem belajar mengajar lewat online. Apalagi di Eropa yang sudah jauh lebih maju. Kuliah di Eropa, dosen rutin mengunggah modul online atau materi-materi belajar secara online.
Kemudian diunduh atau download oleh mahasiswa. Belajar mengajar pun tak melulu melalui tatap muka. Sesekali via Skype atau aplikasi lain yang memudahkan proses tersebut.
Bukan SKS, tapi ECTS
Bukan SKS tapi ECTS
Mahasiswa pasti kenal dong dengan SKS atau Sistem Kredit Semester? Bukan Sistem Kebut Semalam kalau mau ujian loh. Itu kan di Indonesia. Jika di Eropa dikenal dengan ECTS alias European Credit Transfer and Accumulation System. Biasa juga disebut credit point.
Satu tahun akademik dihitung 60 kredit ECTS. Jika di Indonesia, untuk gelar Sarjana, kamu harus dapat menyelesaikan 144 SKS, di Eropa antara 180 atau 240 kredit ECTS. Jenjang S1 antara 90 atau 120 kredit ECTS dan untuk S3, bervariasi.
Baca Juga: Mengupas Sistem Pendidikan di Indonesia dan Perbandingannya dengan Negara Maju
Tetap ada tugas dan ujian
Kuliah di Eropa, tetap ada ujian dan tugas
Layaknya di Indonesia, mahasiswa yang kuliah di Eropa pun tak lepas dari tugas dan ujian di waktu-waktu tertentu sebagai evaluasi pembelajaran. Ada model secara lisan maupun tertulis dengan esai.
Sebelum ujian, para mahasiswa harus belajar berdasarkan apa yang telah dipelajari di kelas. Bedanya dengan ujian di Indonesia, kalau di Eropa nama peserta atau mahasiswa diganti dengan kode angka, sehingga dosen tidak bias dalam menilai.
Sistem Pendidikan di Negara-negara Eropa
Sistem pendidikan di negara-negara Eropa
Tidak semua negara di Eropa menerapkan sistem pendidikan yang sama. Sebagai contoh:
- Jerman
Sistem pendidikan di Jerman lebih banyak interaksi dengan dosen atau profesor. Di akhir studi, bukan cuma ada tugas akhir dalam bentuk teori yang akan dihadapi mahasiswa, tapi juga tugas praktik.
Bahkan ada perguruan tinggi di Jerman yang menerapkan magang guna menambah pengalaman mahasiswa di dunia kerja dan mengimplementasikan ilmu selama di bangku kuliah.
- Norwegia
Belajar mengajar di perguruan tinggi di Norwegia terkadang dilakukan dengan lebih santai, biasanya dalam kelompok kecil. Kalau kamu ingin fleksibilitas dan ragam program studi yang yang bisa dipilih, Norwegia bisa menjadi negara rujukan untuk melanjutkan pendidikan.
Cambridge University
- Inggris
Inggris menawarkan sistem pendidikan yang sangat unggul bagi para mahasiswa atau pelajar. Mahasiswa bebas mengekplorasi ide dan kreativitas dalam proses belajar mengajar. Belajar dilakukan secara interaktif lewat diskusi, debat, riset berkelompok, dan sebagainya.
- Prancis
Prancis punya standar tinggi di bidang pendidikan. Jadi, kalau mau kuliah di Kota Mode ini butuh ketekunan dan keseriusan. Di dalam kelas pun, jumlah mahasiswa tidak terlalu banyak sehingga dapat belajar dengan lebih maksimal dan mendapat perhatian intensif dari dosen.
- Belanda
Belanda menerapkan sistem pendidikan yang mengharuskan mahasiswa punya pemikiran terbuka, sehingga belajar mengajar jadi lebih interaktif. Kerja sama tim lebih ditonjolkan sehingga antar mahasiswa internasional saling berinteraksi satu sama lain.
Kuliah di Negeri Kincir Angin, siap-siap menghadapi tugas membuat makalah, serta menganalisanya secara bersama dalam sebuah kelompok kecil.
Semangat Wahai Para Pejuang Beasiswa
Mewujudkan cita-cita untuk kuliah di luar negeri memang tidak mudah, apalagi jika memiliki keterbatasan dalam keuangan. Tapi jangan jadi alasan untuk kamu maju.
Kamu dapat memanfaatkan program beasiswa yang diberikan pemerintah luar negeri maupun sejumlah instansi. Jika sekali gagal, jangan menyerah teruslah berusaha sampai harapanmu tercapai.
Baca Juga: Tak Hanya Impian, Beasiswa di Universitas Cambridge Bisa Didapat dengan 4 Tips ini!