REPUBLIKA.CO.ID, Bagi masyarakat Jawa Barat, sungai Citarum ibarat urat nadi dalam diri manusia. Tanpanya tak ada nyawa, tak ada hidup. Air yang mengalir sepanjang 300 kilometer ini dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat.
Sungai yang mengalir hingga ke ujung Kabupaten Karawang ini memiliki tujuh mata air yang hingga kini terus dijaga. Cikahuripan Mastaka Citarum berarti sumber kehidupan dari kepala Citarum atau hulu sungai Citarum.
Terletak di tengah-tengah hutan eucaliptus Gunung Wayang, sebuah danau bernama Cisanti membentang dengan damai. Situ Cisanti merupakan danau buatan yang menyatukan aliran dari tujuh mata air sumber sungai Citarum. Dikelilingi rimbunan pohon hijau membuat situ ini terlihat sangat terjaga keasriannya.
Perjalanan 50 kilometer selama 2-3 jam menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat dimulai dari pusat Kota Bandung menuju Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Melewati perkebunan teh Malabar hijau nan indah. Dikelilingi oleh Gunung Wayang sebagai sumber mata airnya, Gunung Rakutak, Gunung Malabar, Bukit Bedil, dan Gunung Kendang.
Menurut Juru pelihara Hulu Sungai Citarum, Atep Permana (38 tahun) dulunya Situ Cisanti hanya berupa rawa-rawa dari tujuh mata air yang ada dalam kawasan tersebut. Akhirnya mulai dipugar dan dibendung menjadi satu pertemuan.
Di antaranya adalah mata air Cikahuripan (Pangsiraman), mata air Cihaniwung, mata air Mastaka Citarum, mata air Cisadane, mata air Cikoleberes, mata air Cikawedukan dan terakhir mata air Cisanti.
"Dulunya ini cuma rawa-rawa nggak terawat. Tapi kemudian dibendung jadi satu. Kecuali mata air cikahuripan yang suci," kata Atep kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.