REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) dan Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) bekerja sama dengan RajaMICE menggelar Toraja Fair. Berlangsung mulai 24 hingga 26 Juni di Tongkonan Toraja, Kelapa Gading, acara ini dibuat untuk mempromosikan pariwisata dan budaya Toraja.
Ketua PMTI, Frederik Batong mengatakan, pariwisata Toraja mencapai keemasanya pada era '80 hingga '90an. Namun sejak saat itu pariwisata Toraja cenderung menurun.
"Penyebabnya adalah peristiwa bom Bali. Wisatawan menjadi merasa tidak aman," ujar Frederik, Jumat (24/6).
Jika pariwisata Bali dengan cepat kembali menggeliat, perbaikan Toraja justru lambat. Hal tersebut dipicu sejumlah hal. Diantaranya akses menuju Toraja yang cukup jauh untuk ditempuh lewat jalur darat serta peristiwa keamanan di daerah sekitarnya seperti Poso.
"Sementara atraksi wisata yang unik juga berkembang di Myanmar dan Thailand, dengan akses dan biaya yang tidak terlalu mahal," ujar Frederik.
Namun kini seiring dengan semangat pemerintah meningkatkan pariwisata membuat masyarakat Toraja di perantauan ini merasa harus ikut bergerak.
"Perantau Toraja itu lebih banyak jumlahnya dari yang ada di Kampung. Dan kami merupakan komponen yang tak terpisahkan dari pengembangan pariwisata di Toraja," ujar Frederik.
Ajang "Toraja Fair" mengangkat tema tentang "Discover Toraja Under One Roof". Acara dikemas sedemikian rupa agar pengunjung merasa sedang berada di Sulawesi Selatan, khususnya Toraja dan Mamasa sekaligus mengenal budaya Toraja dan Mamasa.