Sabtu 27 Jan 2018 16:57 WIB

'Rumah Adat Batak' Mengapung di Danau Toba

Danau Toba miliki kapal pesiar berbentuk rumah adat Batak

Pengembangan Wisata Danau Toba Aktivitas warga mengguakan sampan di Danau Toba, Sumatra Utara, Sabtu (20/8).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengembangan Wisata Danau Toba Aktivitas warga mengguakan sampan di Danau Toba, Sumatra Utara, Sabtu (20/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Dari jauh tampak seperti sebuah rumah adat Batak yang mengapung di atas air. Namun, setelah dekat ternyata sebuah kapal yang berlayar menuju sebuah pelabuhan di Tomok, Danau Toba, Samosir, beberapa waktu lalu.

Itulah 'kapal pesiar' milik Pemerintah Kabupaten Samosir yang bentuknya seperti rumah adat Batak, lengkap dengan ornamen ukirnya, yang hendak mengantar rombongan keluarga berwisata dengan rute Tomok, Batu Gantung, Parapat, Air Terjun Situmurun Binanga Lom, Tomok. Paket wisata di sekitaran Danau toba itu bisa djangkau dalam 6 sampai 8 jam dengan biaya sekitar Rp 3 juta hingga Rp4 juta.

Rumah adat Batak dibangun dengan bahan kayu yang berasal dari pohon yang besar dan tinggi. Tiang-tiang berbentuk kayu bulat (log) yang telah diserut, sementara dinding dan lantai dibelah dari pohon besar dan panjang sehingga ukuran papannya tebal, lebar, dan panjang. Atap berbentuk prisma segitiga dengan bagian atas yang melengkung dengan ujung depan dan belakang menjulang tinggi.

Butuh pohon yang banyak menyebabkan konstruksi rumah adat ukuran 6 m x 8 m bisa makan waktu 3 sampai 5 tahun, sementara menipisnya bahan baku pohon berakibat tidak ada lagi rumah adat yang dibangun dalam kurun waktu tiga generasi terakhir.

Demikian pula kapal pesiar Samosir, atapnya menjulang tinggi sehinggga tampak menonjol dari kejauhan. Bagian depan dan belakang ditata sedemikian mirip dengan rumah adat yang didekorasi dengan ukiran khas Batak. Namun, bahan-bahannya tidak lagi dari kayu yang besar sehingga tidak akan terlihat tiang-tiang berbenuk kayu bulat.

Kapal ini berukuran panjang 21,5 m dan lebar 7 m dengan bobot 10 gt. Strukturnya hampir seluruhnya terbuat dari bahan kayu sehingga bobotnya lebih berat dibanding kapal sejenis yang berkonstruksi baja.

Bobot yang berat membuat kapal ini lebih stabil dan tahan terhadap guncangan gelombang sehingga cocok untuk tujuan pelesir meski kecepatan menjadi berkurang.

"Tujuannya kan untuk pelesir dan menikmati keindahan alam, jadi kecepatan menjadi nomor dua," kata Pilippi Simarmata, Kepala Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata Dinas pariwisata Kabupaten Samosir yang mengawasi proses konstruksi hingga operasional kapal pesiar ini. Dengan mesin diesel berkekuatan 100 tenaga kuda, kapal ini berlayar dengan kecepatan 7,5 knot atau sekitar 12 s.d. 13 km/jam.

Konstruksi kayu dengan instalasi mesin model "air tawar" membuat getaran mesin berkurang, sementara bahan kayu yang dilapisi aspal yang menutupi lambung kapal menyebabkan suara mesin dapat lebih diredam.

"Sehingga suara mesin relatif tidak terdengar, dan orang yang berakap-cakap bisa lebih leluasa dan tidak terganggu kebisingan," kata Simarmata.

Dalam uji coba melayari perairan Nainggolan-Bakkara yang gelombangnya relatif besar, kapal ini tetap stabil dan tidak terlalu goyang diguncang ombak.

Untuk keselamatan, kapal ini diperlengkapi dengan dua sekoci dengan daya tampung 20 orang, pelampung keselamatan 65 buah, pemadam api 3 unit, serta alat penunjuk keadaan darurat "red hand flare". Kapal ini juga dlengkapi kompas dan peralatan GPS untuk panduan arah dan posisi kapal.

Terdapat dua dek, atas dan bawah dengan daya tampung keseluruhan 60 sampai 70 orang. Dek bawah terbuka terhadap udara luar, sedangkan dek atas ditutupi dinding kaca sehingga lebih kedap suara. Dek atas inilah yang memungkinkan untuk kegiatan rapat (meeting) atau pertemuan bisnis serta kegiatan lain yang lebih khusus.

Di dek bawah disediakan LCD projector dan sound system yang memadai untuk berbagai tujuan. seperti karaoke. Tersedia pula minibar untuk layanan minuman ringan, seperti air putih (aqua). Ke depan ditargetkan minibar ini bisa memberi layanan penyediaan minuman panas kopi dan teh dan miuman ringan lain lengkap dengan makanan ringan (snack).

Simarmata mengatakan bahwa saat ini belum tersedia layanan "live music". Namun, bagi penyewa dibolehkan membawa alat musik, seperti gitar atau keybord, untuk mengiringi lagu kalau ingin bernyanyi.

Di bagian belakang dek atas, terdapat balkon yang bisa menampung 12 orang yang duduk santai menikmati embusan angin Danau Toba atau hangatnya sinar mentari, sementara di bagian depan kapal terdapat dua patung besar laki-laki berpakaian adat layaknya sedang "manortor" (menari).

Ada dua toilet yang terletak di sebelah kiri dan kanan dek bawah bagian belakang. Toilet ini didisain ramah lingkungan dan tidak mencemari air danau.

Sejak diluncurkan 28 Desember 2017 hingga kini telah disewa secara borongan (charter) sebanyak delapan kali oleh rombongan keluarga dari Medan, Kisaran, Parapat, dan Samosir sendiri.

Menurut Bupati Samosir Rapidin Simbolon dalam perbincangan dengan Antara awal pekan lalu, satu keluarga asal Medan yang menyewa kapal pesiar tersebut menyatakan rasa puas dan ingin menggunakan kembali di kemudian hari

Sambil menunjukkan layar telepon selulernya, Bupati memperlihatkan foto-foto dan ungkapan rasa puas keluarga tersebut yang dikirim kepadanya lewat aplikasi WhatsApps (WA).

"Saya yakin ke depan pasarnya akan tumbuh dan layanan kapal ini akan menjadi bisnis yang menjanjikan," kata Rapidin Simbolon.

Menurut Friska Boru Naiborhu, karyawan Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir yang mengelola manajemen kapal tersebut, selain untuk tujuan wisata, kapal ini bisa dimanfaatkan untuk pertemuan bisnis, rapat (meeting), atau acara keluarga, seperti pesta ulang tahun dan pesta pernikahan ukuran terbatas.

"Sambil berwisata menikmati keindahan alam, bisa diambil keputusan penting, atau bisa dicapai kesepakatan bisnis," katanya.

Tarif sewa kapal, yaitu 1 jam pertama Rp1 juta, 1 jam kedua Rp500 ribu, 1 jam ketiga Rp500 ribu, dan 1 jam keempat gratis, lalu berulang seperti yang awal untuk jam berikutnya sehingga secara total biaya sewa tergantung lamanya penggunaan. Untuk penggunaan selama 8 jam biayanya Rp4 juta.

Tarif itu dinilai relevan sebab kapal serupa dengan ukuran hampir sama atau lebih kecil namun fasilitas terbatas, untuk penggunaan selam 8 s.d. 10 jam dibanderol Rp3,5 juta.

Di Tomok, Tuktuk, atau di Parapat, terdapat puluhan kapal yang bisa disewa untuk pelayaran wisata. Namun, tidak memiliki fasilitas seperti di kapal pesiar milik Pemkab Samosir tersebut.

Kehadiran kapal pesiar ini diharapkan dapat mendukung program pengembangan pariwisata Danau Toba secara keseluruhan, terutama menghadapi target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) satu juta orang pada tahun 2019.

Berbagai obyek wisata di sekitar Danau Toba bisa dijangkau dengan kapal ini, yang diharapkan dapat meningkatkan lama tinggal wisatawan.

Kapal ini memang tidak layak dibandingkan dengan kapal pesiar sungguhan yang mewah dan wah, yang berlayar di samudera raya, terutama dalam hal ukuran dan fasilitas. Namun, tujuan keduanya sama adalah pelesir dengan nyaman.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement