Kamis 01 Feb 2018 18:20 WIB

Melirik Potensi Digital dari Turis Australia

Turis Australia membeli tiket pesawat hingga reservasi hotel secara daring.

Wisatawan asal Perth, Australia, di Bandara Ngurah Rai Bali/Ilustrasi
Foto: Antara
Wisatawan asal Perth, Australia, di Bandara Ngurah Rai Bali/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara melirik potensi transaksi digital dari tingginya kunjungan turis dari Australia ke Indonesia. Per tahun, wisatawan asal Negeri Kanguru itu mencapai satu juta orang.

"Ada satu juta lebih turis Australia ke Indonesia. Sekitar 1,3 juta turis itu kalau menghabiskan 200 dolar AS per hari, dengan lama tinggal lima hari, berarti 1,3 miliar dolar AS per tahun," ujar Rudiantara di dalam acara Indonesia-Australia Digital Forum 2018 di Jakarta, Kamis (1/2).

Selama di Indonesia, turis dari Australia diperkirakan melakukan pembelian tiket pesawat, reservasi hotel dan tempat makan serta transportasi secara daring. Hal tersebut dinilai Menkominfo sebagai captive market atau pasar dengan konsumen potensial yang menghadapi keterbatasan pemasok tunggal.

Terkait perusahaan rintisan yang terus bertambah dan bertumbuh di Indonesia, ia melihat belum dimasuki investor dari Australia. "Hubungan Indonesia dan Australia dekat sepertinya, kadang jauh, kita lihat kalau fokus unicorn, kita belum melihat ada investor dari Australia, padahal dekat," tutur Rudiantara.

Untuk itu, pemerintah mendorong pertemuan antara investor Australia dan pelaku perusahaan rintisan Indonesia yang sudah layak jual. Sejauh ini Australia telah masuk dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia, yakni Telstra yang lebih banyak berkecimpung pada infrastuktur TIK.

"Peluang bagi Australia sesungguhnya datang dari lapisan berikutnya, yakni aplikasi. Lebih dari 10 persen investasi asing di Indonesia di bidang digital," ucap Menkominfo.

Jumlah investasi asing di Indonesia pada 2017 sekitar 30 miliar dolar AS, dari jumlah itu, sebesar 4,8 miliar dolar AS investasi pada bidang digital.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pelayanan Sosial dan Menteri Pembantu Perdana Menteri Bidang Transformasi Digital Australia Michael Keenan menuturkan apabila perkembangan teknologi dimanfaatkan dengan tepat, segala urusan akan lebih cepat dan mudah diselesaikan.

"Untuk merangkul inovasi dan melepaskan inovasi secara maksimal, kita harus belajar satu sama lain, termasuk kesuksesan dan kegagalan masing-masing," ucap dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement