Rabu 07 Feb 2018 12:57 WIB

Negaranya Berkonflik, Amankah Liburan di Maladewa?

Ketegangan terjadi setelah Presiden Abdulla Yamen menentang MA.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Air yang biru dan kabin di atas air menjadi pemandangan utama di Maladewa.
Foto: Pixabay
Air yang biru dan kabin di atas air menjadi pemandangan utama di Maladewa.

REPUBLIKA.CO.ID, MALE -- Negara Kepulauan Maladewa baru-baru ini menghadapi masalah setelah presidennya mengeluarkan status darurat untuk negera tersebut. Status darurat ini dikeluarkan menyusul mencuatnya krisis politik yang cukup pelik di negara itu.

Seperti diketahui, negara yang terletak di bagian selatan benua Asia ini merupakan tujuan wisata paling favorit bagi wisatawan yang mencari pemandangan pantai berpasir putih dan laut biru. Namun ketegangan di Maladewa mulai terjadi setelah Presiden Abdulla Yamen menentang perintah Mahkamah Agung untuk melepaskan anggota partai oposisi dan mengirim pasukan militer untuk memblokade ruang pengadilan.

Ketegangan di negara itu terus memuncak hingga banyak gerakan protes bermunculan di kota Male. Meski kondisi politik sedang memanas, pemerintahan Maladewa memastikan bahwa aktivitas bisnis dan wisata di negaraitu akan tetap berjalan normal. Semua hal yang berhubungan dengan wisata dan bisnis akan berjalan seperti biasa, kondisi di Maldives masih stabil, dikutip CNN dalam sebuah pernyataan resmi.

Walapun telah dipastikan aman oleh pemerintah setempat, beberapa negara mengimbau warganya yang hendak berwisata ke Maladewa untuk berhati-hati. Salah satunya Amerika Serikat yang mengeluarkan peringatan pada Senin lalu. Peringatan tersebut menyebutkan diperkirakan akan terjadi aksi demonstrasi dari 6-15 Februari.

Beberapa kelompok diperkirakan akan melakukan aksi protes di pusat kota Male sebagai respons atas perkembangan politik yang terjadi, dikutip Travel and Leisure dalam sebuah pernyataan melalui akun Twitter Departemen Pariwisata AS.

Selain itu, pemerintah AS juga meminta warganya meningkatkan kewaspadaan akan ancaman teroris di negara kepulauan tersebut. New York Times melaporkan bahwa Juni tahun lalu Maladewa yang merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim tengah bergulat menghadapi kelompok Islam radikal dalam beberapa bulan terakhir.

Pemerintah AS juga mengatakan kelompok teroris mungkin akan melakukan serangan dengan sedikit atau tanpa pemberitahuan rinci. Penyerangan bisa menargetkan lokasi para turis, pusat transportasi, pusat perbelanjaan, hingga fasilitas umum. Diinformasikan pula bahwa status darurat Maladewa mencapai level 2 dari 4.

photo
Presiden Maladewa Abdulla Yamen.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement