Jumat 16 Feb 2018 05:51 WIB

Tongke-Tongke, Wisata Mangrove Andalan Sulsel

Tongke-Tongke menyediakan 'photo booth' bagi pengunjung untuk melakukan swafoto.

Dua ekor burung hinggap di hutan manggrove. (ilustrasi)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Dua ekor burung hinggap di hutan manggrove. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Hutan mangrove (bakau) Tongke-Tongke yang berlokasi di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai merupakan taman wisata mangrov andalan Sulawesi Selatan (Sulsel). Tongke-Tongke ini merupakan pusat restorasi dan pembelajaran mangrove yang luasnya mencapai 173,5 hektare.

''Terluas dan rapat pohonnya di Indonesia," kata Kabid Pariwisata Kabupaten Sinjai, Andi Mandasini menanggapi potensi wisata di wilayah kerjanya, Rabu.

Dia mengatakan hutan mangrove yang dikembangkan masyarakat setempat sudah lebih dari 13 tahun dengan ketinggian pohon mangrove sekitar 5 meter dengan kerapatan 0,5 x 0,5 meter. Sehingga, kehadirannya sangat mendukung menjadi habitat flora dan fauna di kawasan pesisir.

Sedangkan, jenis mangrove yang diswadayakan masyarakat setempat ada tiga jenis. Ada jenis bakau Ryzhopora mucnorata sp, Avicenia sp. dan Nipa fructicans.

Selain dapat dinikmati udara sejuknya, kawasan mangrove Tongke-Tongke juga memiliki sejumlah fasilitas seperti tracking mangrove permanen sepanjang 250 meter untuk menikmati flora dan fauna di lokasi itu. Termasuk fasilitas shelter, pondok informasi dan cafe terapung.

"Pengelola juga menyiapkan gazebo, mushollah, kios dan play ground. Area pemancingan, area pembibitan dan penyewaan perahu juga disiapkan," katanya

Khusus di pondok informasi, lanjut dia, pengunjung dapat melihat peta kawasan mangrove serta potensi flora dan fauna yang berkembang di 'kawasan mangrove. Dan, yang tak kalah menariknya terdapat 'photo booth' untuk melakukan swafoto (selfie).

Adapun fauna yang menjadikan kawasan mangrov Tongke-Tongke ini sebagai habitatnya adalah berbagai macam serangga, ular pohon, kelelawar, burung belibis, burung bangau, termasuk fauna lautan seperti ikan, kepiting bakau, tiram dan udang.

"Untuk sampai ke lokasi ini, dapat menyusuri jalan hotmix sekitar lima kilometer dari Kota Sinjai. Di sini juga dapat menikmati pemandangan perkampungan khas nelayan dengan jejeran berbagai jenis perahui nelayan bersandar di pelabuhan rakyat," kata Mandasini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement