REPUBLIKA.CO.ID, MARATUA -- Menjadi salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia, Pulau Maratua memiliki keindahan alam yang tak perlu dipertanyakan. Hamparan pasir putih dan air laut yang jernih bukanlah hal yang sulit ditemukan di pulau yang terletak di Laut Sulawesi yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Kendati letaknya di Laut Sulawesi, Pulau Maratua masuk ke dalam wilayah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Pulau yang memiliki luas wilayah daratan sebesar 384,36 kilometer persegi dan wilayah perairan seluas 3.735,18 kilometer itu menyimpan keanekaragaman hayati, seperti penyu, terumbu karang, mangrove, padang lamun dan ikan-ikan karang.
Penduduk yang hidup di Pulau Maratua tersebar di empat kampung, di antaranya Kampung Bohe Silian, Payung-Payung, Teluk Harapan, dan Teluk Alulu.
Sejumlah wisatawan menyelam di sekitar perairan Pulau Derawan, Berau, Kalimantan Timur beberapa waktu lalu. (Nur Aini/Republika)
Wakil Bupati Berau Agus Tantomo mengaku Pulau Maratua merupakan salah satu wisata andalan Kabupaten Berau karena terdapat 44 titik penyelaman atau paling banyak di antara pulau yang dimiliki Kabupaten Berau lainnya, seperti Derawan, Sangalaki, Nabuko dan Kakaban.
"Di Berau ini kalau ditanding dengan kabupaten lain dalam hal banyak-banyakan atau unik-unikan objek wisata, berani saya," katanya.
Pulau Maratua memiliki objek wisata Labuan Cermin, yaitu danau yang sangat jernih bak cermin yang di dalamnya terisi dua jenis air berbeda, air payau di bagian atas dan air laut di bagian bawah.
Selain itu, Kabupeten Berau juga memiliki wisata Pulau Kakaban yang di dalamnya terdapat danau seluas lima kilometer yang hidup di dalamnya ubur-ubur tanpa sengat di mana hanya ada dua di dunia ini, yaitu di Pulau Kakaban dan di Republik Palau, salah satu negara kepulauan di Samudera Pasifik.
Dengan keindahan yang dimiliki, Agus menyayangkan wisata Kabupaten Berau tidak dimasukkan ke dalam 10 tujuan wisata utama oleh Kementerian Pariwisata.
"Dulu kami masuk di antara empat tujuan utama, sekarang tidak masuk di antara 10, jadi tidak pernah dipromosikan ke luar negeri oleh pemerintah pusat karena yang dibawa selalu yang 10 itu," katanya.
Menuju KEK
Saat ini Pemerintah Kabupaten Berau telah mengajukan agar wisata bahari Kabupaten Berau lolos menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang ditargetkan tahun ini bisa tercapai. Keuntungan apabila wisata Kabupaten Berau dijadikan KEK, maka akan mendapat kemudahan dalam mengembangkan sektor pariwisata karena akan mendapatkan insentif, seperti pembebasan pajak yang juga akan menstimulus para investor untuk menanamkan modalnya.
"Itu akan memacu pertumbuhan pariwisata sangat cepat, bebas biaya tertentu, ada diskon, insentif, ini menarik bagi investor," ujar Agus.
Namun, dari keseluruhan resor yang ada di pulau-pulau di Kabupaten Berau, pengelolaannya masih didominasi oleh perusahaan asing, seperti dari Jerman dan Malaysia.
Ia sendiri mengaku sumber daya manusia (SDM) lokal masih terserap tinggi, terutama untuk wisata bahari karena masih membutuhkan tenaga kerja lokal.
Contoh untuk `master dive', yang dibutuhkan lokal karena dia yang lebih tahu titik menyelam yang bagus dan aman, katanya.
Dia menambahkan infrastruktur merupakan kendala terbesar untuk mengembangkan sektor wisata, karena untuk membangun akses jalan kewenangan berada di Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Kehadiran Bandara
Bagai dua sisi mata uang, keuntungan yang dimiliki oleh Pulau Maratua sebagai pulau terluar, yaitu keindahan alamnya yang cenderung masih terjaga karena belum banyak terjamah oleh tangan-tangan manusia. Namun menjadikan wisatawan untuk berpikir dua kali untuk mengunjunginya karena jaraknya yang jauh dari Ibu Kota serta akses yang masih terbatas.
Bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Pulau Maratua, setidaknya harus melakukan penerbangan ke Balikpapan atau Tarakan terlebih dahulu.
Dari Balikpapan, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan dengan pesawat udara menuju Bandara Kalimarau, Kabupaten Berau kemudian dilanjutkan dengan menaiki perahu cepat (speed boat) selama kurang lebih 2,5 jam.
Apabila dari Tarakan, Kalimantan Utara, untuk menuju Pulau Maratua bisa menaiki kapal dengan waktu tempuh selama tiga jam.
Namun, saat ini sudah hadir Bandara Maratua yang membuka akses serta memangkas waktu tempuh bagi wisatawan yang ingin menyambangi pulau eksotis itu.
Penerbangan baru dioperasikan Garuda Indonesia melalui penerbangan sewa atau carter Balikpapan-Maratua dan sebelumnya Susi Air sebagai penerbangan perintis dengan frekuensi penerbangan seminggu sekali untuk rute Berau-Maratua.
Agus menilai kehadiran bandara di Pulau Maratua akan membawa dampak besar bagi masyarakat karena wisatawan akan semakin mudah untuk menjangkau pulau terluar ini.
Untuk itu, dia berharap lebih banyak lagi maskapai yang membuka rute ke Pulau Maratua, terutama penerbangan langsung karena akan mendongrak jumlah wisatawan.
Kepala Satuan Pelaksana Bandara Maratua Budi Sarwanto mengatakan saat ini lelang masih berproses untuk penerbangan perintis yang nantinya akan dioperasikan di Bandara Maratua.
Bahkan, bandara tersebut sebetulnya sudah siap diresmikan Presiden sejak dua tahun yang lalu. Dari segi fasilitas, bandara yang menjadi titik penghubung antarpulau tersebut memiliki kapasitas sisi darat atau terminal seluas 750 meter persegi yang bisa menampung 36.000 penumpang per tahun. Bandara Maratua juga sudah bisa didarati pesawat ATR-72 berkapasitas 72 orang.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Berau Abdul Rahman mengatakan tahun ini mendapatkan bantuan empat bus dari Kementerian Desa, Pembangunan Darah Tertinggal dan Transmigrasi.
Empat bus tersebut akan menghubungkan bandara dengan empat kampung di Pulau Maratua dan diharapkan bisa membantu mobilitas baik warga setempat maupun wisawatan.
Kami berharap bandara ini segera diresmikan karena agar ada gaung ke masyarakat luas dan menarik banyak wisatawan untuk datang ke Maratua, kebanggan tersendiri punya bandara di pulau terluar, di pulau-pulau lain belum tentu ada seperti ini dan menjadi harapan juga bagi masyarakat, ujarnya.