REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Aksi baku pukul antara dua anak menjadi tontonan di tepi Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah, NTB, pada Kamis (1/3). Pukulan demi pukulan yang diarahkan bukan dengan tangan kosong, melainkan menggunakan tongkat rotan.
Kejadian ini sontak membuat histeris ratusan orang yang melihatnya. Bukan nada-nada ketakutan atau kekhawatiran yang tampak, melainkan riuh tepuk tangan dan dukungan. Gelak tawa pun tak terhindarkan kala sang pemenang dan yang kalah berjoget usai bertarung.
Ini bukan perkelahian, melainkan seni tarung Peresean khas Suku Sasak. Sang petarung yang tampil dengan bertelanjang dada, menggunakan capuk (penutup kepala khas Sasak), dan kain sarung khusus yang sudah dipersiapkan panitia disebut sebagai Pepadu.
Sedangkan, wasit pinggir lapangan disebut sebagai Pekembar Sedi, dan wasit tengah yang menjadi pemimpin pertarungan disebut Pekembar.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan, pertarungan dua anak-anak ini memulai prosesi Peresean 2018 di Pantai Kuta Mandalika yang akan berlangsung selama lima hari, mulai Kamis (1/3) hingga Senin (5/3).
"Ajang Peresean merupakan rangkaian dari Festival Bau Nyale 2018 yang berlangsung sejak 20 Februari hingga 6 Maret," ujar Faozal kepada Republika di Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Kamis (1/3).
Faozal mengatakan, ajang Peresean memiliki daya tarik bagi masyarakat Lombok dan juga wisatawan mancanegara yang sedang berada di KEK Mandalika. Menurut Faozal, penyelengaraan Peresean di Pantai Kuta Mandalika menawarkan pengalaman yang tak biasa bagi para wisatawan.
Pasalnya, lokasi acara Peresean tepat berada di tepi pantai dengan pemandangan mengagumkan pasir putih, biru laut, dan hijaunya gugusan bukit yang ada di Mandalika.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah Lalu Putria mengatakan, ajang Peresean menjadi satu tradisi yang harus dilestarikan bagi masyarakat Sasak. Putria menyampaikan, Festival Bau Nyale juga masuk ke dalam kalender agenda pariwisata nasional untuk tahun ini.
"Dari ajang ini kita diharapkan bisa terus menjaga dan melestarikan budaya kita," kata Putria.
Pantauan Republika, ajang Peresean menyedot perhatian wisatawan. Banyak turis-turis dari mancanegara tak sungkan duduk bareng bersama masyarakat sekitar di tribun dan ikut mengabadikan momen ini melalui telepon pintarnya.