Sabtu 24 Mar 2018 17:17 WIB

Mengenal Rumah Betang, Khas Masyarakat Dayak

Rumah Betang umumnya dihuni lebih dari satu keluarga

Replika Rumah Betang di Pangkalanbun, Kalimantan Tengah
Foto: Republika/Hazliansyah
Replika Rumah Betang di Pangkalanbun, Kalimantan Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Sebagai negara dengan keragaman adat dan budaya, akan ada banyak hal yang bisa kita temukan saat berkunjung ke satu daerah. Termasuk di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Satu yang bisa ditemukan adalah Rumah Betang.

Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang dihuni masyarakat Dayak. Terutama di daerah hulu sungai.

Di Kotawaringin Barat, Rumah Betang banyak terdapat di daerah Arut Utara. Namun di tengah kota, juga terdapat satu replika Rumah Betang yang dapat dikunjungi wisatawan. Tepatnya di Desa Pasir Panjang, Pangkalanbun, Kotawaringin Barat.

Mencapai lokasi ini cukup mudah. Letaknya yang berada di pinggir jalan besar membuat replika Rumah Betang ini mudah untuk ditemukan. Jaraknya dari pusat kota juga tidak terlampau jauh, sekitar 1,5 kilometer.

"Rumah ini dibangun tahun 2010. Rumah Betang ini dibangun memang untuk bisa dikunjungi wisatawan," ujar Yomie Kamale, Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu.

Konsep Rumah Betang mengusung bentuk rumah panggung. Yakni memiliki jarak cukup tinggi antara tanah dengan bangunan dasar rumah.

"Karena rata-rata masyarakat Dayak tinggal di pinggir sungai, sehingga untuk menghindari banjir dan hewan buas," kata Yomie.

Pada umumnya, jelas Yomie, rumah Betang dibangun dengan bangunan yang cukup luas. Biasanya memanjang antara 30 bahkan sampai 150 meter. Lebarnya pun mencapai 30 meter, sehingga dapat menampung banyak orang.

Rumah betang memang biasanya dihuni lebih dari satu keluarga. Bahkan antara empat hingga tujuh keluarga.

"Hal tersebut menunjukkan masyarakat Dayak yang mengedepankan kebersamaan," kata Yomie.

Meski tinggal bersama, di dalam rumah Betang masing-masing keluarga akan memiliki dapur sendiri. Karenanya akan terdapat lebih dari satu dapur di dalam rumah Betang.

"Disesuaikan dengan jumlah keluarga yang ada atau hanya satu dapur saja," jelasnya.

Sementara untuk akses masuk, di rumah Betang hanya terdapat satu tangga kecil di bagian depan yang hanya bisa dilalui satu orang. Saat malam tiba, tangga akan diangkat dan dimasukkan ke dalam rumah.

Hal ini bukan tanpa alasan. Yomie menjelaskan, hal tersebut guna menghindari serangan hantu kepala terbang atau ngayau. Masyarakat Dayak meyakini dengan tangga ini diangkat, maka serangan ngayau dapat dihalau.

"Ngayau akan memburu kepala manusia, atau juga dianggap sebagai guna-guna," kata Yomie.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement