Sabtu 24 Mar 2018 23:11 WIB

Pemerintah Perkuat Destinasi Digital dan Nomadic Tourism

Dua hal ini merupakan sebuah solusi atas permintaan pasar

Pawai ogoh-ogoh menjadi atraksi wisata yang menarik perhatian wisatawan mancanegara di sepanjang Jalan Raya Pantai Kuta dan Legian.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Pawai ogoh-ogoh menjadi atraksi wisata yang menarik perhatian wisatawan mancanegara di sepanjang Jalan Raya Pantai Kuta dan Legian.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata akan memperkuat strategi destinasi digital dan nomadic tourism dalam mencapai target jumlah kunjungan wisatawan di tahun 2018. Di tahun ini, pemerintah menargetkan 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan 270 juta wisatawan Nusantara.

Hal itu diputuskan dalam Rakornas Pariwisata I/2018 yang digelar di Nusa Dua Convention Center, Bali.

"Saya perkirakan kedua-duanya akan meledak. Karena ini merupakan sebuah solusi atas permintaan pasar. Secara geografis pun ini sangat mungkin dilakukan," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/3).

Sebagai rumusan rekomendasi utama, Menpar akan mendorong pembangunan Destinasi Digital di 34 provinsi dan 10 Nomadic Tourism di 10 destinasi Bali Baru. Jumlah ini dianggap ideal sebagai target di tahun 2018.

Untuk keperluan pengembangan itu, Menpar juga melakukan pendekatan dengan pemerintah daerah yakni Pemprov, Pemkab dan Pemkot untuk ikut mendukung pengembangan pariwisata melalui pengadaan infrastruktur dasar yang terdiri dari Jalan, Air, Listrik (JALI), dan utilitas dasar berupa Telekomunikasi yaitu koneksi WiFi, sampah, toilet. Hal ini merupakan kebutuhan dasar bagi warga dan sangat berpengaruh bagi citra sebuah daerah dimata wisatawan.

Selain melakukan koordinasi dengan para pemerintah daerah mengenai ketersediaan sarana dan pra sarana yang mendukung, Menpar juga menggandeng sejumlah anak muda di berbagai daerah untuk membangun Destinasi Digital. Menpar mendorong setiap daerah untuk memiliki GenPI yakni Generasi Pesona Indonesia.

Mereka adalah anak muda yang tergabung dalam komunitas yang akan membantu pengembangan pariwisata daerah. Dengan demikian, Menpar mendorong pemerintah daerah dan masyarakatnya untuk ikut memajukan pariwisata.

"Segera setelah selesai Rakornas Pariwisata I Tahun 2018 harus dibentuk Tim Training On Trainer (TOT) untuk membentuk GenPI-GenPI baru di Provinsi yang belum terbentuk. Program TOT juga akan mengaktivasi GenPI yang sudah terbentuk serta secara pararel membentuk Tim TOT Destinasi Digital. Targetnya adalah bulan Oktober 2018 harus terbentuk 100 Destinasi Digital di 34 Provinsi," lanjut Menpar.

Mengenai Nomadic Tourism, Rakornas Pariwisata I Tahun 2018 merekomendasikan percepatan Deregulasi terkait operasional Caravan sebagai Nomadic Tourism Amenities, Sea-Plane dan Live a board sebagai Nomadic Tourism Access, berkolaborasi dengan Kementerian Perhubungan. Selain itu juga ada rekomendasi mengenai percepatan Deregulasi perizinan pemanfaatan Taman Nasional sebagai Glamping Ground, berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.

”Nomadic Tourism itu mudah dan murah. Hanya perlu ada atraksi pariwisata yang menarik, maka pengadaan akses dan amenitas bisa dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang bisa dipindah. Misalnya pembangunan glamp camp atau dengan live on board," lanjutnya lagi.

Kementerian Pariwisata akan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk mendata wilayah yang berpotensi dibangun Nomadic Tourism Amenities, seperti Caravan Site, Glamping Camp Site, dan Home Pod Site. Targetnya, data  tersebut diterima tanggal 30 April 2018.  Kelengkapan data yang diperlukan yakni Lokasi dengan titik GPS dengan menyebutkan atraksi utama (alam) terdekat.

Selain pembangunan sarana dan prasarana serta promosi, Menpar juga konsen pada investasi Nomadic Tourism yang berkolaborasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Menpar menyatakan bahwa dia optimis dengan program yang akan dijalankan ini sebagai 5S.

"Digital dan Nomadic Tourism itu adalah Solusi Sementara, Sebagai Solusi Selamanya," jelas Arief Yahya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement