Jumat 20 Apr 2018 08:58 WIB

Keragaman Geopark Ciletuh Palabuhanratu yang Diakui Dunia

Untuk bisa melihat secara dekat pengunjung dapat menggunakan perahu sekitar 30 menit.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Winda Destiana Putri
Puncak Darma di kawasan Geopark Ciletuh.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Puncak Darma di kawasan Geopark Ciletuh.

REPUBLIKA.CO.ID, Sukabumi merupakan daerah di selatan Jawa Barat yang memiliki keindahan alam, keragaman budaya dan potensi sumber daya alam yang luar biasa. Daerah itu kini menjadi makin dikenal dengan kehadiran Geopark Ciletuh Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi sejak 2015 lalu.

Untuk bisa disebut geopark, kawasan tersebut harus menunjukkan adanya keragaman baik keragaman geologi, keragaman hayati, dan keragaman budaya. Semua keragaman ini bisa dinikmati di kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu. Bahkan Geopark Ciletuh baru saja pada April 2018  diakui dunia sebagai bagian dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Global Geopark (UGG) dalam sidang Executive Board UNESCO ke 204 di Paris Perancis.

Geopark Ciletuh-Palabuhanratu memiliki luas lahan 126.100 hektare yang tersebar di 74 desa dan delapan kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Delapan kecamatan yang masuk kawasan geopark yakni Ciracap, Surade, Ciemas, Waluran, Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak, dan Cisolok.

Kawasan Geopark Ciletuh menawarkan bentang alam yang indah dan masuk dalam keragaman geologi. Di mana warga bisa melihat pemandangan di daerah tinggi dengan lembah berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah laut sehingga membentuk seperti panggung alam atau disebut amfiteater.

Bentuk amfiteater ini memiliki diameter lebih dari 15 kilometer sehingga dinilai sebagai bentuk amfiteater alam terbesar di Indonesia. Keindahan amfiteater dan Teluk Ciletuh dapat di lihat dari daerah Panenjoan di Desa Tamanjaya, Pamoyanan di Desa Ciemas, Puncakdarma dan Cikalapa di Desa Girimukti.

General Manager Badan Pengelola Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Dana Budiman mengatakan, keindahan alam di kawasan geopark cukup lengkap mulai dari pemandangan bentang alam, air terjun atau curug, pantai, pegunungan, dan batuan unik yang langka. "Geopark Ciletuh-Palabuhanratu menarik pengunjung baik dalam maupun luar negeri karena banyaknya keragaman yang bisa dinikmati," terang dia.

Selain amfiteater, salah satu yang menjadi daya tarik lain yakni adanya sembilan air terjun di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. Ke sembilan air terjun ini bisa dengan mudah dilihat pengunjung karena lokasinya sebagian berada di pinggir jalan. Air terjun itu yakni Curug Cimarinjung, Cikanteh, Awang, Cikaret, Luhur, Puncakjeruk, Puncakmanik, Sodong, dan Curug Tengah.

Keunikan di geopark lainnya berupa bebatuan unik langka yang berada di pantai pulau-pulau kecil di kawasan tersebut. Di sepanjang pesisir pantai antara Cikadal, Batununggul hingga Cikepuh terdapat sejumlah objek batuan yang berbentuk unik menyerupai berbagai jenis binatang kodok, kepala badak, kerbau, buaya, kepala komodo, naga, kepala singa, kepala elang dan pagar serta motif lainnya seperti batik.

Batuan unik ini terang Dana merupakan batuan sedimen berjenis batupasir kuarsa sebagai bagian dari Formasi Ciletuh yang berumur lebih dari 45 juta tahun yang diendapkan di laut dalam. Untuk bisa melihat secara dekat pengunjung dapat menggunakan perahu sekitar 30 menit dari Pantai Palangpang, Ciemas.

Di sisi lain, kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu juga meliputi Kawasan Cagar Alam Cibanteng, Tangkubanparahu, Sukawayana, Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh, dan Taman Wisata Alam Sukawayana yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat. Selain itu terdapat pula kawasan konservasi Penyu di Pantai Pangumbahan, kawasan budidaya tambak udang di Mandrajaya dan Ujunggenteng.

Dari segi budaya, kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu juga tidak kalah menarik. Mulai dari upacara adat yang disebut Pesta Laut atau Hajat Laut sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Berikutnya pertunjukan kesenian yang sering ditampilkan dalam upacara hajat laut maupun festival Ciletuh seperti Gondang, Buncis, Angklung Geblug, Reog, Calung, Gendang Penca, Degung, Badawang, Kuda Lumping, Wayang Golek, serta seni beladiri Pencak Silat.

Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengaku keragaman yang dimiliki di selatan "Sukabumi ini menjadi daya dongkrak bagi pengembangan ekonomi warga. Bertambahnya pengunjung ke Geopark setiap tahunya menggerakan roda perekonomian masyarakat di sekitar," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement