REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pesona Lawang Sewu sebagai destinasi wisata sejarah di Semarang, Jawa Tengah, memikat hati Andita (23 tahun), pemudik asal Cirebon. Perempuan yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Semarang ini kagum sekaligus terpesona dengan kemegahan bangunan buatan Belanda tersebut.
Sejak menginjakkan kaki di pekarangan Lawang Sewu, Andita tak henti berswafoto. Ia juga tak ketinggalan mendokumentasikan keindahan deretan pintu dan pohon beringin yang menyejukkan halaman luar bangunan. "Jarang-jarang kan bisa ke sini," ucapnya saat ditemui Republika.co.id, Sabtu (16/6).
Tahun ini merupakan pertama kalinya Andita menghabiskan waktu Lebaran di Semarang. Ia biasa merayakan euforia Hari Raya di rumahnya di Cirebon bersama keluarga besar. Ingin merasakan suasana berbeda, ia memutuskan berkunjung ke rumah salah seorang sanak saudara di Semarang sejak H-1 atau Kamis (14/6).
Dari berbagai pilihan destinasi wisata di Semarang, Andita mengaku paling penasaran dengan Lawang Sewu. Selain popularitasnya di kalangan pelancong, bangunan itu menyimpan nilai sejarah yang membuat Andita penasaran.
Tidak terasa, sudah sejam lebih Andita berkeliling di bangunan yang konon memiliki seribu pintu itu bersama dua sepupu dan tantenya. "Paling seru itu, foto dengan background pintu-pintu yang terbuka," ujar perempuan lulusan kebidanan itu sembari tertawa.
Setelah puas mengambil foto dan mengitari Lawang Sewu, Andita ingin mencari makan. Sore hari, ia berencana mengunjungi wisata lain di Semarang seperti Goa Kreo dan Sam Poo Kong yang kerap menjadi rekomendasi bagi para pelancong.
Pesona Lawang Sewu tidak hanya menarik perhatian bagi mereka yang baru pertama kali ke Semarang. Muhammad Aristo (45 tahun), warga Cengkareng, Jakarta Barat, yang tiap tahun mudik ke Semarang mengaku tak pernah jenuh dengan daya pikat Lawang Sewu.
Aristo menuturkan, Lebaran tahun ini merupakan Lebaran keenam-nya pergi ke Lawang Sewu. Ia turut mengajak enam keponakannya yang baru pertama kali ke Semarang. "Sekalian wisata sejarah, sekalian kumpul-kumpul sama keluarga besar," ucap karyawan swasta di bilangan Daan Mogot, Jakarta Barat, itu.
Terik sinar matahari tidak membuat semangat Aristo untuk menjelajahi Lawang Sewu menurun. Dengan sabar, ia menjelaskan sejarah dan detail bangunan ke keponakannya yang rata-rata berusia delapan sampai 10 tahun itu.
Aristo mengaku sudah jatuh cinta dengan Lawang Sewu. Ia bahkan selalu merekomendasikan bangunan itu ke teman-temannya yang belum pernah ke Semarang. "Jarang-jarang ada bangunan bersejarah yang terawat ini," ujar bapak dari dua anak itu.
Apalagi, menurut Aristo, kini Lawang Sewu sudah lebih ramah pengunjung. Di belakang, tersedia kantin yang menyediakan makanan dan minuman untuk pengunjung. Di dekat pepohonan, pengelola juga menyediakan tambahan hiburan berupa orkes musik. Dari musik keroncong hingga pop, bisa dibawakan kelompok musik itu untuk meramaikan suasana.
Aristo dan Andita merupakan dua dari ribuan pengunjung di Lawang Sewu pada H+1 Lebaran. Menurut salah seorang petugas kemanan, Thoriq K, setidaknya terdapat 1.500 orang yang berkunjung ke Lawang Sewu sampai siang ini. "Kami buka dari jam 7, sudah mulai ada pengunjung. Ramainya jam 9an," ucapnya.
Selain di dalam area, tempat parkir pun terpantau padat. Thoriq mengatakan, peningkatan jumlah pengunjung sudah terjadi sejak Lebaran, Jumat (15/6), pada siang hari. Pada hari pertama Lebaran kemarin, destinasi wisata tersebut dibuka pukul 13.00 WIB dan jam operasional kembali normal pada hari ini, Sabtu.
Thoriq menjelaskan, dibandingkan warga Semarang, pemudik lebih mendominasi Lawang Sewu. "Kalau saya lihat dari logat dan ngobrol-ngobrol saya dengan pengunjung, mereka kebanyakan dari Jawa Barat," ujarnya.
Menurut Thoriq, kepadatan saat Lebaran dan H+1 ini terbilang signifikan dibanding dengan ketika bulan Ramadhan. Perbedaannya hingga 10 kali lipat, yakni rata-rata sekitar 100 orang sampai 150 orang per hari.