Kamis 28 Jun 2018 15:48 WIB

320 Buyers Ramaikan Bali Beyond Travel Fair 2018

Bursa pameran wisata tingkat internasional digelar hingga 30 Juni di Nusa Dua

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Bursa pameran wisata tingkat internasional, Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2018 kembali digelar 26-30 Juni 2018. Akan ada 275 buyer dari 42 negara seluruh dunia terlibat dalam ajang tahunan ini.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Bursa pameran wisata tingkat internasional, Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2018 kembali digelar 26-30 Juni 2018. Akan ada 275 buyer dari 42 negara seluruh dunia terlibat dalam ajang tahunan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Bursa pameran wisata tingkat internasional, Bali Beyond Travel Fair (BBTF) 2018 masih digelar hingga 30 Juni mendatang di Nusa Dua, Bali. Sebanyak 320 buyers dari 41 negara dan 68 trade buyers, dan 241 sellers meramaikan ajang ini.

"BBTF 2018 mendukung pertumbuhan pariwisata Indonesia dan menjadi pameran perjalanan wisata dunia terkemuka di Indonesia," kata Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Bali, I Ketut Ardhana, Kamis (28/6).

BBTF 2018 mengangkat tema 'Exploring The Colours of Indonesia.' Ajang ini mempertemukan sellers dan buyers dalam satu forum dan mewakili spektrum pariwisata di semua tingkatan, termasuk sektor perhotelan, tur operator atau agen perjalanan, organisasi pariwisata nasional, konvensi dan biro perjalanan, perusahaan teknologi perjalanan, dan MICE atau pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran sebagai tujuan baru regional.

Hal istimewa dari pelaksanaan BBTF 2018 adalah pengembangan program home stay desa wisata. Dengan meningkatnya keinginan turis mancanegara yang ingin merasakan kehidupan dengan masyarakat pedesaan Bali, panitia menampilkan sembilan desa wisata potensial di Pulau Dewata.

"Sembilan desa potensial ini berasal dari sembilan kabupaten kota yang ada di Bali yang kami syaratkan ikut serta," kata Ardhana.

Tujuan dilibatkannya desa wisata pada ajang ini untuk memperkenalkan wisatawan domestik dan mancanegara akan potensi desa. Perkambangan home stay di desa-desa wisata pun sudah bisa menyaingi hotel-hotel bintang tiga dan empat di kawasan perkotaan.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan pemerintah daerah dan semua sektor harus menciptakan konsep 'Indonesia Bergabung.' Ini sebab link lemah harus diangani dan diselesaikan segera dengan mempertimbangkan model penta-helix.

"Ada lima pemangku kepentingan harus dilibatkan, yaitu bisnis, administrasi publik, warga setempat, sektor pengetahuan, dan modal," ujarnya.

BBTF 2018 sudah memasuki tahun kelima. Dari sisi pariwisata digital, tren teknologi yang berkembang sangat pesat saat ini diyakini berpengaruh besar dalam dunia pariwisata Indonesia di masa mendatang.

BBTF misalnya bekerja sama dengan Indonomo, menggunakan sistem pendaftaran, database, dan absensi berbasis cloud supaya seluruh peserta dapat bertransaksi bisnis sesuai jadwal masing-masing. Laporan akhir sistem ini diharapkan bisa membantu BBTF dalam menyaring segmen pasar baru tahun-tahun mendatang. Outputnya adalah BBTF 2019 semakin sistematis dan canggih.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement