REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan memperkuat kerja sama dengan maskapai penerbangan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) dalam upaya mengejar target kunjungan 17 juta wisman di tahun 2018.
Pemerintah akan melakukan berbagai kerja sama seperti promosi bersama, pemberian insentif dan lainnya, guna membidik wisman dari berbagai negara originasi ke destinasi-destinasi unggulan tanah air.
Hal tersebut dikatakan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II-2018 yang mengangkat tema "Raih Target 2018: 17 Juta Wisatawan Mancanegara", Kamis (26/7).
"Kerja sama promosi dengan airlines sangat strategis dalam mendatangkan wisman. Karena 75 persen wisman yang datang ke Indonesia melalui konektivitas udara (airlines) baik regular maupun chartered flight," ujar Arief Yahya.
Selain itu pola pembelian paket wisata ke Indonesia banyak dilakukan wisatawan melalui wholesaler dan retailer. Bahkan pada pasar tertentu pembelian paket wisata melalui wholesaler sangat dominan. Karena itu kerja sama juga akan dilakukan dengan wholesaler dan retalier paket wisata.
"Maka promosi terpadu ini perlu dilaksanakan bersama dalam bentuk sales mission, trade show, festival, fam trip, publikasi dan pemberian insentif," ujar Arief Yahya.
Selain strategi dengan maskapai dan wholesaler, Kemenpar juga akan memperkuat dua program lainnya yakni "Hot Deals Visit Wonderful Indonesia", dan "CDM (Competing Destination Model)".
Menurut Arief, dengan rata-rata jumlah kunjungan wisman sebesar 1,25 juta per bulan menunjukkan bahwa akhir tahun ini akan diperoleh 15 juta wisman. Sehingga perlu tambahan 2 juta wisman untuk mencapai target 17 juta wisman pada 2018.
"Untuk mendapatkan tambahan 2 juta wisman itu kita melakukan tiga program terobosan marketing khusus ini," kata Arief.
Program Hot Deals akan mengoptimalkan kapasitas yang tidak terpakai atau idle capacity, diutamakan pada tiga pintu masuk utama yaitu Great Bali (40 persen), Great Jakarta (30 persen) dan Great Kepri (20 persen).
Sementara Competing Destination Model (CDM) adalah metode yang dilakukan penyedia platform data driven marketing dalam mengarahkan calon wisman yang sudah memiliki tujuan wisata ke destinasi tertentu.
Dengan CDM memungkinkan mengambil data travellers dari berbagai sumber online; profiling dan segmentasi data travellers; lalu menargetkan travellers tersebut dengan kampanye iklan yang customised dan targeted.
Dalam Rakornas kali ini juga fokus membahas masalah akses pariwisata khususnya Terminal Low Cost Carrier (LCCT). Terminal LCC (LCCT) dinilai paling tepat karena pertumbuhan trafiknya di atas 20 persen. Sejalan dengan target pertumbuhan pariwisata sebesaar 21 persen.
"Sedangkan kalau mengandalkan Terminal Full Service Carrier (FSCT) pertumbuhannya di bawah 5 persen sehingga sulit diandalkan untuk mencapai target pariwisata," kata Arief.