Selasa 02 Oct 2018 11:26 WIB

Penanganan Pariwisata di Palu Tunggu Tanggap Darurat Selesai

Kemenpar telah menyiapkan langkah-langkah penanganan sektor pariwisata di Palu

Suasana kondisi Jembatan Ponulele yang rusak di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana kondisi Jembatan Ponulele yang rusak di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya telah menyiapkan langkah-langkah untuk penanganan sektor pariwisata di Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya terkait bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada Jumat (28/9) lalu. Namun saat ini Kemenpar masih menunggu proses evakuasi dan tanggap darurat yang dilakukan pemerintah.

"Untuk pariwisata memang belum kita mulai, saat ini masih dalam masa tanggap darurat di Palu dan sampai saat ini masih mengutamakan proses evakuasi," ujar Arief Yahya, Senin (1/10) malam.

Saat ini Kemenpar melalui Tim Crisis Center (TCC) terus melakukan monitoring dan mengumpulkan data. Tidak hanya terhadap tiga faktor utama pariwisata, yakni amenitas, atraksi dan aksesibilitas, tapi juga wisatawan. Menpar mengatakan telah mengirim tim untuk melakukan pendataan dan mengonfirmasi terkait keberadaan wisatawan yang ada di Palu.

"Sampai saat ini (fokus penanganan) masih untuk evakuasi, kalau semua sudah stabil baru akan kembali ke pariwisata. Kita akan lakukan seperti yang kita lakukan di (penanganan pascagempa) Bali dan Lombok," ujar Arief Yahya.

Saat proses pemulihan pariwisata sudah bisa dimulai, maka Kemenpar akan fokus pada penanganan sumber daya manusia setelah itu penataan destinasi yang terdampak serta pemasaran atau promosi. Termasuk menyiapkan dana pemulihan seperti yang disiapkan di Bali dan Lombok.

"Sekarang evakuasi dulu nomor satu," kata Menpar.

Menurut Menpar, bencana gempa tentunya akan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan. Tidak hanya ke kunjungan daerah lokasi bencana, tapi Indonesia secara keseluruhan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement