REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konser Musik Cross Border Atambua kembali digelar di Lapangan Simpang Lima, Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ajang yang digelar Kementerian Pariwisata ini dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTT, khususnya wisatawan asal Timor Leste (cross border tourism).
Dalam acara yang berlangsung pada Jumat (5/10) lalu, menghadirkan bintang tamu Maria Simorangkir, juara Indonesian Idol 2018. Di kesempatan itu Maria sukses menghibur ribuan penonton yang memadati Lapangan Simpang Lima, Atambua, NTT.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di kesempatan itu mengatakan, konser merupakan salah satu cara yang bisa dibuat guna meningkatkan potensi pariwisata perbatasan (cross border tourism). Menpar mengatakan, jika tahun 2018 ini pariwisata perbatasan diperkirakan menyumbang 18 persen dari total kunjungan wisman, maka di tahun depan ditargetkan naik menjadi 20 persen atau sekitar 3,4 juta dari total 20 juta target wisman.
Salah satu daerah yang dibidik untuk bisa menyumbang banyak wisatawan mancanegara lewat cross border ini adalah Atambua, NTT yang bersebelahan dengan negara Timor Leste.
"Kita ingin jadikan Atambua sebagai destinasi utama cross border tourism setelah Kepri (Kepulauan Riau)," ujar Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya mengatakan, keunggulan utama Atambua sebagai kekuatan pariwisata cross border tourism di Indonesia karena berbatasan darat dengan Timor Leste. Perjalanan wisatawan yang bisa ditempuh melalui melalui darat relatif mudah dilakukan dibanding dengan perjalanan wisatawan melalui udara atau laut.
Karena itu Menpar menyarankan agar pihak-pihak terkait seperti Custom, Immigration, Quarantine and Security (CIQS) dapat mempermudah wisatawan untuk masuk ke Indonesia.
Menurut Menpar Arief Yahya, pendapatan tertinggi yang bisa didapatkan adalah ketika para wisatawan atau warga negara tetangga membelanjakan uangnya di Indonesia.
"Strategi pariwisata kita belum sistemik atau menjadikan cross border tourism sebagai yang utama. Padahal di dunia potensi (cross border tourism) besar maka dari itu saya ingin lihat sendiri dan support Belu (Atambua) sebagai destinasi utama cross border tourism," ujar Menpar.
Keberadaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sudah baik, salah satunya PLBN Mota Ain, menjadikan faktor aksesibilitas sudah tidak ada kendala. Tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah mengembangkan akses transportasi lain seperti Yacht yang menurut Menpar Arief Yahya sangat cocok dikembangkan di Atambua.
"Untuk amenitas juga cenderung mudah. Kita dorong di Belu atau Atambua ini mengedepankan konsep nomadic tourism karena relatif murah dan mudah dipindah-pindah. Nanti kita akan undang investor untuk nomadic tourism ini," ujar Menpar Arief Yahya.
Sementara untuk atraksi, Menpar Arief Yahya melihat Atambua, dan NTT pada umumnya, memiliki peluang besar untuk terus menciptakan atraksi yang dapat menarik minat wisatawan baik yang berbasis alam, budaya dan wisata buatan. Termasuk konser musik yang menghadirkan banyak bintang tamu.
"Tapi tampilannya harus dikurasi dengan baik, caranya adalah dengan melibatkan kurator tingkat nasional mulai dari koreografer atau desainer. Intinya semuanya harus level nasional supaya kebudayaan kita juga bisa dikurasi dengan level nasional," kata Menpar Arief Yahya.
NTT tahun ini memang ditargetkan sebagai penyumbang wsiman crossborder area kedua setelah Kepulauan Riau (Kepri). NTT ditargetkan menyumbang wisman sebesar 1.635.354 pada 2018, satu tingkat lebih kecil dibawah Kepri yang tahun ini ditargetkan menyumbang wisman sebesar 2.187.000.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, wisman Timor Leste pada periode Januari hingga Juli 2018 sudah mencapai 1.005.600. Naik 89,16 persen atau 531.600 wisman dibanding periode yang sama di tahun lalu.