REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Bagi Ardiman Lase, siswa kelas VII SMP Frater Kota Padang, berkunjung ke museum kini lebih mengasyikkan. Per November 2018 ini, pemerintah membuka Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-Iptek) di Museum Adityawarman, sebuah museum kebudayaan terbesar di Kota Padang. Dengan adanya pusat peragaan sains dan teknologi, kini berkunjung ke museum tak sekadar belajar tentang budaya dan sejarah, namun juga mengulik kemajuan sains dan teknologi saat ini.
"Lebih suka dengan adanya alat peraga ini. Bisa belajar sains di museum. Tadi sudah coba lima alat peraga. Favoritnya yang gaya listrik sama bola melayang ini," ujar Ardiman sambil memainkan alat peraga bola melayang di PP Iptek Kota Padang, Selasa (27/11).
Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno (IP) menyebutkan bahwa pemilihan Museum Adityawarman sebagai lokasi pembukaan PP Iptek bukan tanpa alasan. Selain karena Museum Adityawarman masih memiliki ruang untuk diisi 20 alat peraga sains dan teknologi, penggabungan antara museum dan PP Iptek diharapkan mampu menggenjot angka kunjungan ke museum. Langkah ini, ujar Gubernur, diharapkan mampu menarik wisatawan.
"Ini selaras dengan upaya Pemda meningkatkan wisatawan. Caranya dengan menambah satu destinasi yakni Puspa Iptek ini," kata IP usai meresmikan Pusat Peragaan IPTEK di kompleks Museum Adityawarman, Selasa (27/11).
IP mengungkapkan, ke depan Pemprov Sumbar akan merancang pendirian kawasan PP Iptek terpadu yang lebih luas. Pembangunan PP IPTEK yang lebih luas, ujarnya, masih harus menunggu pembahasan anggaran dengan DPRD Sumatra Barat.
"Ada beberapa alternatif untuk membangun. Namun belum. Yang ada dulu kami pakai," kata IP.
Direktur PP-Iptek Kemenristekdikti, M Syachrial Annas, menambahkan bahwa Pusat Peragaan Iptek di Kota Padang kali ini merupakan science center atau pusat sains ke-24 yang dibuka di Indonesia. Sumatra Barat sendiri sebelumnya sudah memiliki pusat sains di Kota Sawahlunto. Pemeritah mencatat, sudah ada 18 provinsi yang memiliki science center.
"Target kami, setiap provinsi memiliki science center sendiri-sendiri," ujar Syachrial.
Ia juga meminta Pemda punya inovasi kebijakan untuk mendorong angka kunjungan ke pusat sains dan teknologi yang telah dibuka. Salah satu caranya, menurutnya, adalah dengan mewajibkan seluruh siswa sekolah untuk melakukan kunjungan ke PP Iptek. Syachrial memandang bahwa pengembangan PP Iptek diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas anak didik untuk melahirkan karya dan inovasi sains dan teknologi.
"Karena daya saing bangsa Indonesia terutama dibangun oleh dua hal ini, sains dan teknologi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Museum Adityawarman Adi Saputra optimistis pembukaan PP Iptek mampu memperderas aliran pengunjung yang mampir di museum yang dikelolanya. Sejumlah program sudah ia siapkan untuk dijalankan di tahun 2019, di antaranya adalah bimbingan teknis yang mengundang guru-guru SMA di Sumatra Barat. Ia berharap, digandengnya para guru mampu meningkatkan minat siswa sekolah untuk berkunjung ke Museum Adityawarman, termasuk kunjungan ke PP Iptek.
"Kunjungan juga bisa datang dari provinsi lain. Bengkulu misalnya, belum memiliki PP Iptek sendiri. Tinggal PR selanjutnya, museum butuh ruangan lebih luas untuk menampung seluruh fasilitas," katanya.