REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah berharap pascaperiode low season, tingkat kunjungan wisatawan ke NTB, terutama Pulau Lombok dapat semakin meningkat.
Zul, sapaan akrab Zulkieflimansyah, mengatakan kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar yang dilakukan saat low season berimbas pada tingkat kunjungan wisatawan, tidak hanya di Lombok, melainkan seluruh Indonesia.
"Mudah-mudahan saat peak season nanti semuanya kembali normal," ujar Zul di Mataram, NTB, Kamis (28/2).
Zul mengaku telah menyampaikan keluhannya terkait harga tiket pesawat dan bagasi berbayar saat bertemu Duta Besar Indonesia untuk Malaysia dan juga pemilik maskapai Lion Air Group Rusdi Kirana di Malaysia, Senin (25/2).
Menurut Zul, kenaikan harga tiket pesawat Lion Air Group tak lepas dari kebijakan manajemen maskapai menurunkan intensitas operasional.
"Sebelumnya banyak yang protes, Lion tidak tepat waktu dan sering terlambat, lalu intensitas harus diturunkan akibatnya memang tiket jadi mahal tapi mereka telat-telat," kata Zul.
Zul menyampaikan, kenaikan harga tiket pesawat tidak bisa hanya dengan menyalahkan maskapai karena melibatkan banyak pihak, termasuk Angkasa Pura dan juga avtur.
"Beliau (Rusdi) minta pemda dan Angkasa Pura membantu dalam biaya parkir, pajak, juga masalah avtur tentu menjadi pertimbangan," ucap Zul.
Zul mengaku juga sudah berbicara dengan manajemen Garuda Indonesia terkait kenaikan harga tiket pesawat. Menurut Zul, sedikitnya perusahan maskapai di Indonesia juga turut andil dalam naiknya harga tiket pesawat
"Kenapa Garuda dan Lion berani naik ke batas atas karena kompetitornya tidak banyak," ungkap Zul.
Sebelumnya, pemilik maskapai Lion Group Rusdi Kirana mengatakan kenaikan harga tiket memang jadi persoalan baru di dunia transportasi udara. Menurutnya, butuh kerja sama yang baik dan terpadu antara maskapai dengan pemerintah daerah dan juga PT Angkasa Pura sebagai pengelola bandara-bandara di berbagai wilayah.
"Maskapai Lion Group beroperasi 11 jam per harinya, sebagai salah satu strategi mengejar tiket murah. Tapi dengan 11 jam menyebabkan jadwal kami sering tidak on tim. Akhirnya publik protes. Lion sering diomelin karena telat melulu. Nah sekarang jadi 7 jam beroperasi, supaya bisa tepat waktu. Tapi konsekuensinya tiket enggak lagi bisa murah," ujar Rusdi.
Untuk mengakomodasi kebutuhan, Rusdi menjelaskan perlunya subsidi atau insentif kebijakan dari pemda setempat.
"Misalnya pemda menyediakan lahan untuk dijadikan tempat parkir atau hanggar tambahan bagi pesawat sehingga mengurangi anggaran maskapai," kata Rusdi.
Zul menyatakan bakal mempertimbangkan masukan dari pemilik Lion Group itu. Kata Zul, keberadaan bandara lama Selaparang di Mataram yang bisa digunakan sebagai hanggar atau lahan parkir pesawat, bisa menjadi salah satu solusi alternatif untuk memberikan insentif kebijakan pada maskapai.
"Pada akhirnya diharapkan relasi simbiosis mutualisme itu bisa berdampak pada penurunan harga tiket dan juga memperbanyak frekuensi penerbangan dari dan ke Lombok, termasuk rute-rute penerbangan langsung," kata Zul.