Senin 11 Mar 2019 18:23 WIB

Geowisata Jadi Sarana Edukasi Bencana

Pengunjung dapat berwisata sekaligus mendapat informasi seputar kebencanaan

Rep: Umi Soliha/ Red: Christiyaningsih
Petugas memeriksa curug di kawasan wisata alam Curug Hepi, Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (27/10/2018).
Foto: Antara/Nurul Ramadhan
Petugas memeriksa curug di kawasan wisata alam Curug Hepi, Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (27/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geowisata merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bencana. Tujuan aktivitas ini ialah mengedukasi masyarakat mengenai kawasan, tanda-tanda bencana, dan bagaimana menyelamatkan diri ketika terjadi bencana dari tempat wisata tersebut. Salah satu yang menggelar geowisata adalah Geotour Indonesia.

Pendiri Geotour Indonesia sekaligus ketua Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI), Reza Permadi, mengatakan aktivitas ini adalah upaya kecil yang mereka lakukan untuk membangun kesiapsiagaan bencana di masyarakat. Selain mengedukasi wisatawan, mereka pun mengkader masyarakat sekitar untuk menjadi pemandu wisata di geopark terkait.

Baca Juga

"Jika ada tamu dari Jakarta, warga setempat yang langsung memandu," katanya kepada wartawan, Senin(11/3). Melalui geowisata, orang-orang bisa berwisata sekaligus mendapatkan informasi tentang fakta kebumian dari lokasi wisata. Geotour selaku penyedia jasa pun menyampaikan pengetahuan seputar mitigasi bencana dari tempat wisata tersebut.

Reza mengatakan setiap tahunnya Geotour punya kampanye yang berbeda-beda. Tahun ini mereka mengusung kampanye sesar-sesar aktif, seperti Sesar Palu Koro dan Lembang. Sejak didirikan dari tahun 2015, Geotour telah mengajak wisatawan ke beberapa tempat geologi di Indonesia. Di antaranya Sesar Lembang, Sesar Palu Koro, Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, bekas tambang Tangerang, Tebing Koja, Danau Biru Cisoka, dan masih banyak lagi.

Kegiatan ini boleh diikuti oleh semua kalangan mulai dari anak –anak sampai dewasa. Keamanan dalam pelaksanaan wisata ini sudah terjamin. Sehingga, keluarga yang ingin membawa anak–anaknya tidak perlu khawatir untuk mengunjungi geopark.

“Selama ini kebanyakan yang mengikuti kegiatan geowisata adalah keluarga. Mereka mengajak anak – anaknya untuk belajar fakta – fakta geologi dengan cara yang menyenangkan,” tuturnya.

Selain itu, dalam aktivitas geowisata wisatawan akan didampingi oleh pemandu yang profesional dan mempunyai latar belakang di bidang ilmu kebumian. “Selama ini istilah geologi itu relatif sulit, sehingga banyak orang yang tidak mau mempelajari. Dengan adanya geowisata ini, kami ingin menyelipkan istilah –istilah geologi dengan cara yang menyenangkan. Jadi banyak orang yang bisa paham dengan istilah geologi terutama kaitannya dengan bencana alam,” tandasnya.

Geotour juga mengajarkan mitigasi bencana melalui cerita-cerita rakyat dari tempat wisata yang didatangi. Contohnya sesar Lembang yang mempunyai panjang 2,9 km dari Maribaya ke Padalarang mulai dikenal masyarakat melalui cerita rakyat Sangkuriang.

Sangkuriang pernah mengatakan ada pohon besar yang rubuh dari arah timur dan barat. Ada pula danau yang terbentuk selama satu hari sebagai akibat adanya peristiwa seperti gempa. Sebenarnya yang dimaksud dalam kisah Sangkuriang adalah pergerakan Sesar Lembang dan kemudian terbentuklah sebuah ceruk. Lambat tahun ceruk itu terus terisi air dan menjadi danau.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement