REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sepotong batu yang dibor dari lingkaran misterius batu kuno di Inggris Selatan, Stonehenge, telah dikembalikan ke ke situs itu 60 tahun setelah dipindahkan selama penggalian arkeologis. Silinder, yang memiliki panjang 1,08 meter dan memiliki diameter 25 milimeter, diambil dari salah satu monolit pada 1958 ketika batu yang retak itu diperkuat dengan batang logam.
Robert Phillips, seorang karyawan dari perusahaan pemotongan berlian Van Moppes yang melakukan itu, menyimpan inti batu yang diekstraksi. Phillips kemudian membawanya ke Amerika Serikat ketika ia bermigrasi ke sana.
Tahun lalu menjelang ulang tahunnya yang ke-90, Phillips meminta potongan itu dikembalikan ke English Heritage. English Heritage merupakan sebuah badan amal konservasi yang merawat batu-batu kuno.
“Hal terakhir yang kami harapkan adalah mendapat telepon dari seseorang di Amerika yang memberi tahu kami bahwa ia memiliki sepotong batu Stonehenge,” kata kurator warisan budaya Inggris untuk Stonehenge, dikutip dari Reuters, Kamis (9/5).
English Heritage mengatakan potongan yang hilang sekarang dapat membantu menentukan asal usul batu itu. Penanggalan radiokarbon menunjukkan Stonehenge, cincin batu berdiri setinggi sekitar empat meter di Wiltshire Inggris Selatan, dibangun 4.000-5.000 tahun yang lalu.
Tidak ada jawaban pasti mengapa Stonehenge dibangun atau apa tujuannya. Meskipun teori menunjukan itu bisa menjadi situs keagamaan atau observatorium astronomi.
Batu-batu kecil dari Stonehenge dibawa dari Bukit Preseli di barat daya Wales. Tetapi asal mula batu sarsen yang jauh lebih besar tidak diketahui.
English Heritage mengungkapkan sebuah proyek British Academy dan Leverhulme Trust dipimpin oleh Profesor David Nash dari University of Brighton, sedang menyelidiki komposisi kimia dari batu sarsen untuk menentukan sumbernya.
Mereka percaya inti yang ditemukan kembali menghadirkan kesempatan unik untuk menganalisis bagian dalam batu yang tak tersentuh.