Kamis 09 May 2019 01:13 WIB

Batu Stonehenge yang Hilang Dikembalikan Setelah 60 Tahun

Sepotong batu yang hilang selama ini berada di Amerika Serikat.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Stonehenge atau lingkaran batu berusia 5.000 tahun di dekat Amesbury, Inggris.
Foto: EPA
Stonehenge atau lingkaran batu berusia 5.000 tahun di dekat Amesbury, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sepotong batu yang dibor dari lingkaran misterius batu kuno di Inggris Selatan, Stonehenge, telah dikembalikan ke ke situs itu 60 tahun setelah dipindahkan selama penggalian arkeologis. Silinder, yang memiliki panjang 1,08 meter dan memiliki diameter 25 milimeter, diambil dari salah satu monolit pada 1958 ketika batu yang retak itu diperkuat dengan batang logam.

Robert Phillips, seorang karyawan dari perusahaan pemotongan berlian Van Moppes yang melakukan itu, menyimpan inti batu yang diekstraksi. Phillips kemudian membawanya ke Amerika Serikat ketika ia bermigrasi ke sana.

Baca Juga

Tahun lalu menjelang ulang tahunnya yang ke-90, Phillips meminta potongan itu dikembalikan ke English Heritage. English Heritage merupakan sebuah badan amal konservasi yang merawat batu-batu kuno.

“Hal terakhir yang kami harapkan adalah mendapat telepon dari seseorang di Amerika yang memberi tahu kami bahwa ia memiliki sepotong batu Stonehenge,” kata kurator warisan budaya Inggris untuk Stonehenge, dikutip dari Reuters, Kamis (9/5).

English Heritage mengatakan potongan yang hilang sekarang dapat membantu menentukan asal usul batu itu. Penanggalan radiokarbon menunjukkan Stonehenge, cincin batu berdiri setinggi sekitar empat meter di Wiltshire Inggris Selatan, dibangun 4.000-5.000 tahun yang lalu.

Tidak ada jawaban pasti mengapa  Stonehenge dibangun atau apa tujuannya. Meskipun teori menunjukan itu bisa menjadi situs keagamaan atau observatorium astronomi.

Batu-batu kecil dari Stonehenge dibawa dari Bukit Preseli di barat daya Wales. Tetapi asal mula batu sarsen yang jauh lebih besar tidak diketahui.

English Heritage mengungkapkan sebuah proyek British Academy dan Leverhulme Trust dipimpin oleh Profesor David Nash dari University of Brighton, sedang menyelidiki komposisi kimia dari batu sarsen untuk menentukan sumbernya.

Mereka percaya inti yang ditemukan kembali menghadirkan kesempatan unik untuk menganalisis bagian dalam batu yang tak tersentuh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement