REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Seperti tahun sebelumnya, Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru kembali memunculkan fenomena es di musim kemarau. Fenomena ini biasanya disebut frost atau empun upas serupa es.
Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan, Balai Besar (BB) TNBTS, Sarif Hidayat menerangkan, temuan embun upas sebelumnya telah dilaporkan timnya di lapangan. Lebih tepatnya, di Ranupani, Cemoro Lawang dan Penanjakan. "Dilaporkan sudah semua ini," kata Sarif saat dikonfirmasi, Jumat (21/6).
Temuan fenomena embun upas di Ranupani terdeteksi pada Ahad (16/6). Saat itu, suhu di lokasi tersebut rata-rata dua sampai delapan derajat celcius. Sementara di Cemoro Lawang sekitar Senin (17/6) dengan suhu sekitar 10 hingga 12 derajat celcius di siang hari.
Fenomena embun beku di Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS).
Fenomena embun upas di Penanjakan sendiri ditemukan pada Selasa (18/6). "Sementara suhu penanjakan kisaran lima sampai 10 derajat tapi untuk malam hari bisa mencapai nol derajat," jelas Sarif.
Meski dalam suasana dingin, Sarif memastikan, kunjungan sampai saat ini masih cukup ramai. Pihaknya juga belum menerima laporan atas dampak negatif cuaca dingin pada pengunjung.
Di sisi lain, Sarif mengimbau agar pengunjung dapat mengantisipasi cuaca dingin di TNBTS. Antara lain dengan menyediakan baju hangat, jaket, sarung tangan dan topi. Wisatawan didorong agar membawa minuman, makanan dan obat-obatan pribadi agar fisik tetap prima.
"Apabila terjadi hal-hal tidak diinginkan terkait dampak cuaca dingin, segera menghubungi kantor atau petugas terdekat untuk dilakukan penanganan," tambah dia.